INI kisah dan cerita seorang gadis bernama Maria Rosa. Gadis itu adalah saya – penulis kisah ini.
Saya ingin membagikan cerita ini di penghujung tahun 2021. Dengan harapan supaya bisa diingat dan dicatat di dalam perjalanan kehidupan seorang gadis kampung berdarah Tionghoa namun menjalani masa kecil dan remaja di kampung permukiman orang Dayak.
Itu pun bukan di “pusat kota”, tapi di wilayah pedalaman – sekitar 6-7 jam perjalanan darat dari Kota Ketapang.
Katolik dewasa
Awalnya, saya berasal bukan dari sebuah keluarga Katolik. Dari kecil saya dibesarkan dari orangtua penganut Konghucu.
Saya ada empat saudara dan saya merupakan anak ketiga. Kami berempat baru masuk Katolik, setelah kami masuk SMP.
Dari kecil saya suka ke gereja meskipun belum dibaptis secara Katolik. Saya diperkenalkan dengan lingkungan Gereja oleh paman saya. Namanya Fransiskus Sabarani.
Ia selalu mengajak untuk belajar berdoa secara Katolik dan sering mengajari kami doa-doa dan membaca Kitab Suci di gereja Stasi Sungai Daka.
Saya belajar sedikit demi sedikit dan mengenal Agama Katolik serta ajaran Kristianitas melalui sabda dan doa.
Saya sampai SMA pun masih sedikit mendalami doa-doa dan mengerti tata cara Gereja. Saya bersekolah di sekolah swasta dari SMA hingga kuliah.
Bukan Katolik “NaPas”
Saat berkuliah itulah, saya mulai intensif mempertajam iman dan pemahaman saya, bahwa saya ini bukan Katolik “NaPas” (Natal dan Paskah) saja ke gereja.
Saya ikut dalam Persekutuan Doa KTM (Keluarga Tri Tunggal Maha Kudus) dan saya banyak belajar doa-doa dan bagaimana saya menjadi seorang Katolik yang tidak hanya hadir di gereja saat Natal dan Paskah.
Melayani adalah bentuk cinta kasih yang Tuhan berikan kepada kita.
Melayani dengan cara berbeda
Dan saya mencoba menjadikan itu tetap eksis dan bertumbuh kembang di dalam diri saya. Yakni, bahwa saya di dunia ini bukan untuk dilayani, tapi melayani dengan kasih dan membantu dengan tulus iklas.
Saya mencoba memberi diri dengan kemampuan yang saya miliki. Pemberian diri ini tidak mesti dengan materi semata, namun juga dengan perbuatan nyata kita dalam berbagi apa pun itu bentuknya.
Saat saya selesai kuliah dan saya pulang kampung, maka itulah saat saya memulai menerima permintaan umat untuk menjadi Ketua OMK di Stasi St. Petrus dan Paulus Sungai Daka.
Mengisi pos jabatan itu sepanjang kurun waktu tahun 2007-2016. Selama sembilan tahun. Ya, memang sungguh “keterlaluan” ya. Jadi, Ketua OMK abadi.
Mungkin itu yang saya rasakan waktu itu. Saya tetap menjalani fungsi tersebut, meski mungkin terlihat tidak ada regenerasi kepemimpinan saat itu. Tetap dijalani, sambil saya mengisi tugas lain sebagai pendamping misdinar dan Sekami.
Saya menjalani hal itu dengan sukacita.
Pada tahun 2016, saya “berhasil” mengundurkan diri dari posisi sebagai Ketua OMK. Ini dengan harapan bisa segera terjadi regenerasi yang mana tahun 2016 sudah mulai kita mendekati ke zaman digitalisasi dan teknologi.
Ikut Indonesian Youth Day
Tahun 2012, saya diutus oleh Pastor Yosep CP bersama teman-teman dari Pusat Paroki Keluarga Kudus Sepotong -sekitar tujuh jam dari Ketapang- untuk ikut IYD 2012 di Keuskupan Sanggau.
ni merupakan pertemuan Orang Muda Katolik pertama se-Indonesia.
Saya merasa beruntung sekali. Meskipun di tahun yang sama, keluarga saya mengalami kecelakaan mobil yang membuat papa saya menjadi tidak bisa berjalan lagi.
Tahun yang sungguh berat bagi saya.
Sukacita dan dukacita yang saya rasakan, tetap tidak membuat saya mundur untuk melayani dengan kemampuan dan kekuatan kasih yang saya miliki yang merupakan anugerah dari Tuhan,
Saya tetap aktif di Gereja. Pada tahun 2016, saya kembali diutus untuk mengikuti IYD ke-2 di Manado oleh Pastor Silvanus Ilwan CP – Pastor Gereja Keluarga Kudus Paroki Sepotong yang lokasinya nun jauh di pedalaman Keuskupan Ketapang.
Orangtua minta baptis
Tahun 2016 merupakan tahun penuh sukacita bagi saya, pada tahun 2016 sepulang saya dari IYD di Manado, saya mendapa kabar sukacita. Yakni, karena papa dan mama memutuskan ingin menjadi Katolik. Akhirnya papa dan mama dibaptis tahun 2016 oleh Pastor Krisantus CP.
Sukacita ini sungguh luar biasa bagi saya dan ketiga saudara saya. Kami menghadiri pembaptisan papa dan mama bersama-sama dan bersyukur bersama. Puji Tuhan.
Terpilih jadi Ketua DPP Harian Praparoki Sungai Daka
Pada tahun 2021 ini, tanggal 29 Agustus 2021 lalu, saya mengikuti pemilihan Ketua Harian DPP dengan spirit demokrasi. Proses pemilihannya seperti pemilihan presiden atau anggota legislatif.
Umat datang ke tempat bilik pemilihan dan mencoblos salah satu calon Ketua DPP harian yang mereka dukung di bilik pemilihan yang disediakan oleh panitia.
Dari 530 suara yang masuk, saya memperoleh 273 suara umat. Kandidat yang ikut dalam pemilihan Ketua DPP harian ini ada tiga orang.
- Dengan nomor urut 1 itu, saya dan memperoleh 273 suara.
- No urut 2 adalah Bapak Herkulanus Juang memperoleh 100 suara.
- Sedangkan nomor urut 3 adalah Bapak Yoseph dengan perolehan 157 suara.
Saya mengucapkan terimakasih kepada kedua kandidat yang sudah berpartisipasi dalam pencalonan ini.
Juga ungkapan terimakasih kepada seluruh umat yang sudah mendukung saya sehingga saya bisa menang dan kemudian terpilih menjadi Ketua DPP harian berdasarkan pilihan umat secara langsung.
Butuh dukungan
Saya hanyalah manusia biasa dan saya sangat jauh dari kata sempurna, maka saya sangat membutuhkan umat semuanya baik di Pusat Praparoki maupun di Stasi-stasi.
Untuk membantu saya dalam menjalani tugas dan tanggungjawab sebagai Ketua Harian DPP. Dalam tugas saya ingin membantu Pastor Paroki maupun Pastor Pendamping PraParoki.
Saran dan kritik membangun sangat dibutuhkan dalam membangun iman dan gereja. Apalagi saat ini kita sedang mempersiapkan diri untuk menjadi paroki mandiri yang mana perubahan status dari Praparoki menjadi Paroki tidaklah mudah.
Dukungan umat secara nyata dalam era digitalisasi ini sangat kita butuhkan. Pengaruh dari luar sangat mungkin membuat umat jadi tidak muncul lagi ke gereja.
Bahkan bisa menjadi lupa bahwa masih ada hari Sabtu-Minggu -hari-hari di mana kita biasa datang ke gereja mengikuti Ekaristi Mingguan.
Kekuatan iman dan kekuatan SDM dalam mengolah diri sangat kita butuhkan pada zaman saat ini.
Komitmen pada ikrar pelantikan
Saya bersyukur atas kesediaan umat yang tergabung dalam Pengurus Dewan Pastoral Praparoki (DPP) Sungai Daka periode 2021-2024.
Semoga saya dan para pengurus yang sudah dilantik oleh Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi pada tanggal 28 September 2021.
Komitmen pribadi ingin selalu tulus hati menunaikan tugas dan tanggungjawab. Juga senantiasa rela menyumbangkan waktu dan tenaga demi kesejahteraan dan perkembangan umat Praparoki St. Petrus dan Paulus Sungai Daka.
Ini sesuai dengan ikrar pada saat kami dilantik.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Mgr. Pius Riana Prapdi telah memberi pembekalan kepada kami tanggal 27 september 202, sebelum kami dilantik.
Terimakasih kepada seluruh umat atas dukungan kepada kami semua. Juga terimakasih atas cinta dan kasih yang diberikan kepada kami semua dengan mendoakan kami dalam misa pelantikan tersebut.
Terimakasih atas cinta dan kasih yang tak terhingga yang boleh saya terima dari setiap detik, menit, jam dan hari-hari yang saya lalui.
Kepada kedua orangtua saya:
- Papa Cong Bui Hin dan Mama Lim Ciok Lie;
- Abang Dedy Sutiono alias Aleng;
- Abang Dedy Surianto alias Asin;
- Adik Mardiana alias Asian dan seluruh keluarga besar saya.
Terimakasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada saya dalam menjalankan tugas sebagai Ketua harian DPP Praparoki St. Petrus dan Paulus Sungai Daka ini.
Akhir kata, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan diberkati dalam segala bidang kehidupan. Amin.
Tuhan memberkati.