GEREJA Katedral ini memiliki nama pelindungnya: Santa Elisa atau Saint Elijah. Dalam bahasa Arab tertulis كاتدرائية القدّيِس الياس). Gereja ini milik Umat Kristiani Maronit. Berlokasi di Aleppo; persisnya di kawasan permukiman Kristiani yang disebut al-Jdayde.
Gereja Katedral Maronit St. Elisa ini resmi dibangun pada tahun 1873 untuk mengganti fungsi bangunan gereja kecil yang sudah eksis sejak abad XV. Gereja ini dipugar kembali tahun 1914.
Pemugaran dilakukan terutama di bagian kubahnya. Ini terjadi zaman kekuasaan Uskup Agung Michael Akhras.
Sejumlah teknisi ahli dari Belgia diajak untuk melakukan pemugaran. Kali ini, projek pemugaran menggunakan bahan baku beton. Juga dilakukan pemugaran terhadap denting lonceng jam yang setiap 15 menit akan mengeluarkan bunyi Ave Maria.
Gereja lama yang dibangun abad ke-15 itu mengingatkan pada sosok penjelajah Italia bernama Pietro Della Valle. Konon, ia datang mengunjungi Aleppo tahun 1625.
Dalam setahun itu, konon ada empat bangunan gereja yang dibangun secara bersamaan. Ketiga gereja lainnya itu adalah:
- Forty Martyrs Armenian Church.
- The Holy Mother of God Armenian Church, kini menjadi Zarehian Treasury.
- The Greek Orthodox Church of the Dormition of Our Lady.
Di depan Gereja Katedral Santa Elisa ini berdirilah patung Uskup Agung sekaligus penyair Germanos Farhat (1670–1732). Patung ini didirikan tahun 1932 untuk mengenang 200 tahun wafatnya Mgr, Farhat.
Sejak itu, kawasan ini dikenal dengan nama Farhat Square.
Perang saudara di Aleppo
Kurun waktu tahun 2012-2016, Aleppo menjadi ajang perang saudara antara berbagai faksi militer di Suriah. Selama kurun waktu empat tahun ini pula, kawasan Farhat Square menjadi permukiman mati. Ditinggalkan penduduknya.
Barulah pada tahun 2016, Farhat Square menjadi hidup kembali setelah pasukan pemerintah Suriah berhasil merebut kembali atas kawasan ini. Tanggal 25 Desember 2016 menjadi saat membahagiakan, ketika Perayaan Natal berhasil diselenggarakan sejak tahun 2011.
Lalu Perayaan Paskah untuk pertama kalinya berhasil dirayakan di Gereja St. Elisa Katedral Aleppo di bulan April 2017.
Berdiri kembali dari puing-puingnya
Selama terjadi perang saudara tahun 2012-2016 di Suriah ini, Gereja Katedral Aleppo mengalami kerusakan cukup parah karena terkena serangan rudal dari kedua belah pihak yang saling bermusuhan.
Kerusakan paling serius terjadi di tahun 2013, ketika kelompok radikal agama mencoba menghancurkan kompleks ini.
Berikut ini beberapa komentar atas selesainya pemugaran sehingga kini Gereja Katedral St. Elisa ini seakan sudah kembali “bangkit” dari puing-puingnya.
“Restorasi gedung gereja katedral ini membuktikan bahwa eksistensi Gereja masih ada di Suriah. Kita mesti tidak berhenti memuji Allah.” – Uskup Keuskupan Agung Gereja Kristen Maronit di Aleppo Mgr. Joseph Tobji.
Hari Minggu tanggal 20 Juli 2020 kemarin menjadi hari penting ketika pembukaan resmi bangunan gereja ini dilakukan. Antara lain dengan pemberkatan kembali. Demikian laporan berita di Aid to the Church in Need (ACN).
“Inilah bukti bahwa Tuhan benar-benar hadir dalam sejarah manusia. Tuhan selalu menyertai perjalanan umat manusia, baik dalam duka dan sukacita,” ungkap Mgr. Tobji.
Di Suriah, umat Kristen Maronit merupakan penduduk minoritas. Jumlahnya tidak kurang hanya 1,5 juta. Setelah perang yang kini tetapmasih berlangsung, jumlahnya merosot hingga kini menjadi sepertiganya saja.
Sebelum perang meletus di Aleppo, jumlah mereka sampai 180 ribu jiwa. Kini hanya tinggal 30 ribu saja.
Thomas Heine-Geldern, the executive president ACN International, mengaku sedih tidak bisa hadir secara fisik di hari penting kemarin, ketika gereja katedral ini kembali diberkati.
Sepanjang kurun waktu tahun 2011-2019, CAN telah membantu sedikitnya 900-an projek renovasi di seluruh kawasan Suriah dengan total pengeluaran sedikitnya 38 juta Euro. Hingga kini, lembaga ini masih membantu sejumlah projek di Suriah.
Berikut ini tautan videonya: https://oeuvre-orient.com/our-actions/reconstruction-de-la-cathedrale-maronite-saint-elie-a-alep/
PS: Diolah dari CNA, Oevre-Orient, ACN International.