Perjalanan proses kemuridan
Perjalanan iman perempuan Samaria dapat menjadi tanda proses kemuridan yang digambarkan oleh Injil Yohanes. Kendati proses kemuridan ini tersirat, namun dapat ditunjukkan dalam tindakan yang dikisahkan pada kisah ini.
Proses kemuridan ini dimulai dengan pengenalan perempuan Samaria terhadap Yesus sendiri. Pengenalan akan Yesus dalam kisah ini dimulai dari pemahaman awal bahwa Yesus seorang Yahudi (4:9: Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?).
Perempuan tersebut telah mengetahui bahwa Yesus adalah seorang Yahudi. Proses kemuridan bagianini dapat diartikan sebagai proses mendengar, karena perempuan tersebut mengetahui bahwa Yesus adalah seorang Yahudi.
Pengenalan akan Yesus ini tidak berhenti pada Yesus sebagai orang Yahudi. Hal ini berkembang, ketika Yesus tidak menganggapi pembedaan yang dibuat oleh perempuan ini, namun berbicara tentang karunia Allah dan tentang identitas diri-Nya sebagai sumber air hidup.
Perempuan itu mengajukan pertanyaan apakah Yesus lebih besar dari Yakub? (4:12: “Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub”).
Kisah kemuridan tersebut kemudian berkembang menjadi proses mengenal.
Hal ini tampak wajar karena hubungan orang Yahudi dan Samaria yang penuh dengan konflik. Dalam proses pengenalan ini, Yesus yang bersikap aktif dengan meminta minum kepada perempuan samaria tersebut.
Tema tentang Yesus Sang Air Hidup menjadi pokok pembicaraan dalam proses pengenalan. Ia menegaskan bahwa orang yang meminum air yang berasal dari pada-Nya tidak akan haus lagi. Kita dapat melihat proses pengenalan ini dalam Yohanes 4: 7-15.
Proses kemuridan melalui pengenalan akan Yesus berkembang menjadi tahap memahami.
Tahap ini ada dalam Yohanes 4:16-20. Perempuan Samaria mulai memahami Yesus melalui perintah agar wanita tersebut memanggil suaminya. Yesus pun dapat memahami bahwa ternyata wanita tersebut memiliki lima suami yang ternyata bukanlah suaminya.
Pengenalan akan pribadi wanita itu membuat ia memperoleh keyakinan bahwa Ia adalah seorang Nabi (4:19: Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang Nabi).
Proses kemuridan berlanjut pada wanita samaria yaitu mempercayai Yesus sebagai Mesias. Pada Yoh 4: 21-27, Yesus menjelaskan sikap penyembahan baru yaitu menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24).
Yesus menegaskan dimensi penyembahan baru dan bersifat universal. Tampaknya, perkataan ini yang meyakinkan wanita samaria hingga ia berkata tentang hadirnya Mesias atau Kristus.
Yoh 4:26 menjadi penegasan bahwa Yesuslah Sang Mesias. Yesus yang adalah Mesias menjadi tanda hadirnya Allah. Ini menjadi sebuah jawaban bahwa menyembah Allah dalam roh dan kebenaran adalah melalui Yesus (ungkapan pewahyuan eskatologis di akhir zaman).
Pengenalan Perempuan Samaria tentang Yesus mencapai titik puncaknya, ketika perempuan itu memiliki keyakinan bahwa Mesias itu akan datang. Keyakinan wanita itu dipertegas oleh Yesus demikian: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau”.
Perkembangan pengenalan akan Yesus inilah yang juga merupakan pengalaman perkembangan iman. Awalnya, perempuan itu mengenal Yesus hanya seorang Yahudi, tetapi akhirnya perempuan itu mengeanl Yesus sebagai Mesias/Kristus.
Pengalaman mendengar, melihat, mengetahui, tinggal, dan bersaksi tentang Yesus merupakan tahapan yang penting dari perkembangan iman perempuan Samaria itu.
Proses kemuridan wanita samaria berpuncak pada kesaksian setelah kepercayaannya pada Yesus. Kesaksian perempuan Samaria kepada orang banyak mengakibatkan banyak orang Samaria percaya, datang, dan hendak bertemu dengan Yesus.
Yoh 4:42 menjadi puncak kepercayaan orang-orang tersebut yaitu “Dialah benar-benar Juruselamat dunia.” Perempuan Samaria mampu membawa orang lain untuk percaya kepada Yesus hingga meminta Yesus untuk tinggal bersama dengan mereka.
Itulah proses kemuridan wanita samaria yang akhirnya tinggal bersama dengan Yesus walaupun dalam waktu yang singkat.
Makna menjadi murid
Dalam pengenalan akan peran Yesus, kisah perempuan Samaria memiliki perkembangan proses kemuridan. Semakin jelas bahwa perkembangan akan pengenalan Yesus sebagai Mesias merupakan perkembangan iman akan proses kemuridan.
Pengakuan perempuan Samaria memiliki perkembangan iman yang dituju dalam Injil Yohanes sebagai kemuridan. Kemuridan didalam Yohanes merupakan proses seseorang untuk percaya atau beriman kepada Yesus Sang Mesias. Ajakan menjadi murid Yesus diberikan kepada siap apun tanpa mengenal latar belakang seseorang.
Terlihat dari seorang Samaria yang diajak oleh Yesus untuk percaya kepada-Nya sebagai Mesias. Perempuan Samaria adalah gambaran perjalanan iman atau kemuridan yang selalu dinamis. Ia dapat menjadi teladan bahwa menjadi murid Yesus adalah hal yang dinamis dan terus mau berproses.
Artinya juga, seorang murid harus selalu bersiap terhadap perubahan dalam proses mengikuti Yesus. Panggilan menjadi seorang murid memang adalah anugerah, namun juga harus senantiasa disempurnakan oleh usaha kita dan bantuan dari Tuhan sendiri. Maka, dari pengalaman pengenalan itu ingin dikatakan bahwa menjadi murid berarti pengalaman iman yang terus tumbuh melalui pengenalan akan pengalaman Yesus sendiri.
Perempuan Samaria tersebut tidak hanya sekedar percaya melainkan juga bersaksi atas nama Yesus.
Ini adalah sebuah teladan bahwa menjadi murid artinya siap untuk menjadi saksi. Puncak dari proses kemuridan adalah bersaksi atas apa yang ia percayai.
Kesaksian perempuan Samaria ini menjadi buah dari proses kemuridan yang berlangsung. Ia mampu meyakinkan banyak orang Samaria untuk datang dan akhirnya percaya kepada Yesus. Proses kemuridan ini selayaknya dapat diterapkan dalam kehidupan ini.
Di dalam Yoh 20:30-31 ditegaskan bahwa tujuan Injil Yohanes ditulis adalah “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
Perempuan Samaria telah sampai dititik pengenalan akan Yesus sebagai Kristus atau Mesias yang menyelamatkan dirinya. Pengenalan inilah yang menumbuhkan imannya dan menjadi murid Yesus.