Selasa, 18 Januari 2022
- 1Sam. 16:1-13.
- Mzm: 89:20.21-22.27-28.
- Mrk. 2:23-28
ADA orang yang kadang sibuk mencari-cari kelemahan orang lain. Mereka cenderung secara sengaja mencari-cari kelemahan orang lain.
Apabila mereka mendapatkan menemukan kelemahan yang melekat dalam hidup orang lain, mereka lalu berupaya secara sengaja untuk menjatuhkannya lewat berbagai cara.
Dalam situasi seperti itu, mestinya kita menjadi pribadi yang menjadi solusi. Bukan semakin memperuncing masalah atau mengeksplorasi kelemahan orang lain.
“Panitia tahun baru kali ini sangat amatiran, kerjanya tidak bagus,” kata seorang bapak.
“Hingga acara pergantian tahum terasa hampa,” lanjutnya.
“Mungkin saja ada banyak batasan karena pandemi, hingga panitia tidak bisa bekerja secara maksimal,” sahut seorang ibu.
“Jika tidak mampu, lebih baik diserahkan pada yang lain saja. Daripada sudah menyanggupi, namun ternyata hasilnya malah mengecewakan banyak orang,” sahut bapak tadi.
“Mestinya kita berterimakasih sudah ada yang mau bersusah payah merencanakan dan membuat acara meski sederhana,” sahut ibu tadi.
“Gampang kita mencari kesalahan dan mengkritik apa yang dikerjakan orang lain. Namun belum tentu kalau kita diserahi tanggungjawab yang sama bisa melakukannya dengan lebih baik,” lanjutnya.
“Mengkitik itu baik, jika disertai dengan solusi dan demi kebaikan. Bukan hanya sekadar melampiaskan amarah dan kekecewaan apalagi untuk sekadar mempermalukan orang lain,” ujarnya lagi.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.
“Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum.
Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat. Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”
Hari sabat merupakan hari yang sakral bagi agama Yahudi dimana berdasarkan 10 hukum taurat yang diterima oleh Musa, hari ini merupakan hari dimana orang Israel tidak boleh melakukan sesuatu pekerjaan berat, salah satunya memetik gandum.
Namun para murid melakukan apa yang dilarang yakni memetik gadum sehingga mereka mendapat teguran dari orang Farisi.
Dibalik teguran orang Farisi ini, ada sejumlah motivasi yang melatarbelakanginya, yakni mencari cela kelemahan Yesus, dan menurut dia, ini adalah momentum yang tepat.
Untuk menyalahkan Yesus atas tindakan para murid-Nya. Bahwa Yesus adalah guru yang mengajarkan ajaran sesat yang berlawanan dengan 10 perintah Allah.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah motivasi hidupku ketika menyampaikan kritik atas orang lain?