HARI Rabu tanggal 21 Desember 2022 kemarin dan bertempat di RS Sint Carolus Jakarta telah berlangsung seremoni sederhana. Dengan acara pokoknya adalah penandatanganan naskah kerjasama antara Berkhat Santo Yusup (BKSY) dengan Rumah Duka Carolus (RDC).
Paguyuban Lingkar Sahabat (PaLingSah) diwakili oleh Ignatius Kardinal Suharyo bersama sejumlah anggota dan penggiat PaLingSah dan pengurus BKSY: Surya Pujawiyata, Kaduhu, Wiryawan, Kasyanto, Purwanta, dan Romo J. Kristanto Suratman Pr.
Sementara RDC diwakili oleh Romo Steve Winarto Pr dan Pak Wicaksono.
“Terimakasih kepada PaLingSah yang telah menginisiasi sebuah prakarsa baik luar biasa. Kami dari RDC diajak ikut memperhatikan mereka yang masuk kategori KLMTD (Kaum Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel). Dengan mendukung program BKSY yang sudah eksis dan berkembang selama Sembilan tahun terakhir,” kata Romo Steve Winarto Pr.
“Kami dari RDC sebelumnya sudah rasan-rasan apa yang bisa dibuat supaya kita bisa sama-sama saling mendukung dengan BKSY dan akhirnya hal itu terjadi pada hari ini. Harapan kami, kita bersama-sama bisa membantu KLMTD untuk memberikan layanan kematian. Selama RDC ini masih berdiri, kerjasama kita akan selalu berjalan,” terangnya kemudian.
Tentang apa dan bagaimana itu PaLingSah, bisa dibaca di sini:
Tidak saling menguntungkan demi martabat manusia
Mewakili PaLingSah, Ignatius Kardinal Suharyo menyambut gembira format kerjasama yang dinilainya tidak “saling menguntungkan”, namun toh tetap dilakukan.
Ini demi menjaga martabat manusia yang ketika sudah meninggal dunia, jenazahnya harus diperlakukan secara baik dan bermartabat.
“Saya sangat senang menjadi saksi dalam perjanjian ini. Saya pikir-pikir ini adalah perjanjian yang khusus yaitu perjanjian yang tidak saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Namun, yang diuntungkan adalah pihak ketiga,” ungkap Kardinal Suharyo.
“Ini sungguh jarang terjadi. Dua lembaga, dua bentuk pelayanan tidak saling menguntungkan, karena mau keduanya mau memberikan keuntungan ‘yang seluas-luasnya kepada pihak ketiga’; khususnya yang secara finansial kurang beruntung. Tetapi juga dalam rangka penghormatan terhadap martabat manusia,” ungkap Kardinal.
“Dengan cara ini, kita sampai pada suatu keyakinan dasar bahwa keuntungan itu tidak hanya keuntungan finansial. Tetapi keuntungan yang lain dan yang lebih bermakna dari pada uang. Kalau uangkan bisa digunakan untuk macam-macam, tetapi kalau makna nilai tentu saja lebih dari itu,” jelasnya.
Prakarsa BKSY dari PaLingSah
Kardinal Suharyo menghargai prakarsa baik yang diinisiasi oleh teman-teman penggiat PaLingSah.
Tentang kegiatan PaLingSah, bisa dibaca di sini:
- PaLingSah Hadir untuk Dukung Tugas Penggembalaan Pastoral dan Imamat
- Demi Berkat Santo Yusup (BKSY), PaLingSah Ajak Umat KAJ Berdonasi untuk Misi Kebaikan
“Teman-teman ini membuat BKSY. Kemudian, RDC membuat rumah duka yaitu dalam rangka mewujudkan penghormatan kepada martabat manusia. Meskipun poin-poin penting sudah dirumuskan, namun ketika perjalanan pasti akan menemukan kasus-kasus khusus. Sebab, kasus-kasus konkrit itu lebih banyak dari apa yang bisa dirumuskan dalam poin-poin kerja sama,” begitu tanggapan Kardinal.
“Saya percaya dan yakin jika ke depan dalam perjalanan menemukan kasus-kasus khusus yang tidak ada dalam perjanjian, kedua pihak ini dapat mencari penyelesaian yang baik; sesuai cita-cita yaitu untuk memberikan pelayanan yang baik. Bersama teman-teman ini, dengan segala kompetennya di bidang masing-masing, maka tidak perlu diragukan lagi.
Selama sembilan tahun berjalan, ACA sudah berani tombok untuk membantu agar gerakan BKSY ini dapat berjalan. Belarasa yang dibangun oleh teman-teman ini ditularkan, karena keyakinan ini mereka tergerak untuk membantu walaupun mereka tahu risiko finansial yang dihadapi.
Maka dari itu bersama RDC kita juga ingin mewujudkan nilai yang sama. Mari kita rawat kerjasama ini, prinsipnya kita tidak mencari keuntungan, karena kita mau memberikan pelayanan kepada mereka yang kita layani. Terima kasih,” tandas Kardinal Suharyo.