Home BERITA Dendam

Dendam

0
Ilustrasi - Terbakar oleh rasa dendam. (Ist)

Renungan Harian

Selasa, 8 Maret 2022

  • Bacaan I: Yes. 55: 10-11
  • Injil: Mat. 6: 7-15

Dendam

“ROMO, saya bertanya: Apakah orang seperti saya ini boleh mengikuti Perayaan Ekaristi dan sah tidak ya?” tanya seorang anak muda melalui telepon.

Ia memperkenalkan diri bahwa dirinya adalah seorang mahasiswi di sebuah kota besar di luar Jawa.

“Waduh, saya tidak bisa menilai soal boleh dan tidaknya, juga soal sah dan tidaknya kamu ikut Perayaan Ekaristi, karena saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dirimu.

Menurutmu sendiri apa yang membuat dirimu merasa tidak boleh ikut Perayaan Ekaristi dan juga merasa tidak sah?” jawab saya.

“Romo, sebenarnya kegalauan saya itu muncul akhir-akhir ini. Saya sejak kecil sudah aktif di Gereja sampai sekarang, dan saya bersyukur atas ini semua.

Papa saya mendidik kami anak-anaknya dengan baik dan selalu mendorong kami untuk aktif terlibat dalam kegiatan Gereja.

Romo, selama ini saya menyimpan dendam yang luar biasa kepada mama saya.

Mama saya meninggalkan saya ketika saya masih bayi, dan kedua kakak saya masih kecil. Papa berperan sebagai single parent dibantu oleh eyang (ibu dari papa saya). Sehingga praktis kami banyak diasuh oleh eyang, karena papa kerja hingga sore hari.

Namun demikian, kami merasakan bahwa papa sungguh memberikan waktunya untuk mengurus kami.

Saya mendengar kisah ini, ketika saya SD dan baru sungguh-sungguh mengerti ketika saya masuk SMP.

Awalnya, saya tidak merasa apa-apa, pokoknya hanya tahu bahwa mama pergi dari rumah. Saya tidak terlalu merasakan bagaimana karena sejak kecil saya tidak pernah bertemu dengan mama dan tahunya hanya eyang dan papa.

Saat mulai kelas 2 SMA saya baru merasakan bahwa saya tidak punya mama dan sadar betapa jahatnya mama sampai tega meninggalkan kami; terutama saya yang saat itu masih bayi.

Rasa penasaran saya berkaitan dengan kepergian mama membuat saya bertanya kepada saudara-saudara.

Cerita saudara-saudara itu membuat saya mengerti tentang perilaku mama dan membuat saya amat benci dan dendam.

Mungkin lebih tepat amat benci ya Romo; bukan dendam, karena di dlam diri saya tidak ada niat untuk membalas mama. Hanya saya tidak mau bertemu dengan dia.

Romo, beberapa hari yang lalu papa ngomong bahwa mama akan kembali ke rumah dan berharap kami semua mengampuni dia.

Papa itu bukan manusia romo, malaikat mungkin, karena papa mau terima mama, dengan alasan bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah seperti Tuhan yang juga selalu mengampuni kesalahan kita.

Dua kakak saya ngomong terserah papa, karena dua kakak saya sudah berkeluarga dan pasti berpikir keluarganya sendiri.

Saya yang masih tinggal di rumah tidak mau terima. Saya berontak, bahkan saya mengancam papa kalau sampai menerima mama kembali saya akan pergi dari rumah.

Nah Romo, Papa yang saya sebut bukan manusia itu ngomong: “Nak, bukannya kamu setiap kali ikut misa, bukan dalam misa kita selalu diajak mengampuni 70 kali 7 kali, dan bukan Tuhan selalu menerima orang yang berdosa besar sekalipun asal mau bertobat.

Bukankah kamu juga berdoa Bapa Kami; kamu juga menerima Tubuh Tuhan lalu bagaimana kok kamu tidak mau mengampuni? Mengapa kamu dibakar oleh kebencian seperti itu?”

Romo, omongan papa itu semua benar tetapi itu bukan manusia kan romo?

Itulah romo mengapa saya merasa bahwa saya tidak pantas ikut misa dan tidak sah ikut misa,” anak muda itu menjelaskan.

“Saya amat mengerti yang kamu rasakan dan mungkin saya akan bersikap seperti kamu, jika saya dalam situasi yang sama dengan kamu.

Saya tidak bisa mengadili atau menentukan bahwa kamu pantas atau tidak, sah atau tidak ikut Perayaan Ekaristi.

Namun, saya yakin dengan kamu mengikuti Perayaan Ekaristi pasti akan mendapatkan rahmat untuk kuat berjuang melalui peristiwa yang amat hebat dalam hidupmu.

Kamu selalu mendapatkan rahmat yang cukup untuk menyelesaikan persoalan besar ini dengan amat baik,” jawab saya.

 Amat tidak mudah untuk mengampuni ketika luka yang tergores begitu dalam namun rahmat Tuhan selalu tersedia bagi siapa saja yang berjuang untuk itu.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam dalam Injil Matius: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni juga.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version