Puncta, 12 April 2024
Jumat Paskah II
Yohanes 6: 1-15
“BUAH hati saya mati kelaparan,” kata Abeer al Kaferna di Rumah Sakit Gaza pada 18 Januari 2024 kemarin. Jamal yang baru berusia tiga bulan didiagnose sakit infeksi usus karena kekurangan nutrisi dan dehidrasi. Kementerian Kesehatan Palesina melaporkan 31 anak meninggal akibat kekurangan makanan.
Anak-anak menjadi korban perang. Bahan makanan diblokade di perbatasan sehingga mereka tidak mendapat bantuan dari luar.
Hari Raya Idul Fitri ini tidak ada makanan untuk mereka merayakannya. Semua serba kekurangan di camp pengungsian. Sedang kita di sini sangat berkelimpahan.
Sejak terjadi serangan Israel Oktober tahun lalu, sudah 33.000 lebih warga Palestina yang meninggal. Di antara mereka adalah 14.452 anak-anak dan kaum perempuan. Kelaparan dan kurangnya fasilitas kesehatan menjadi ancaman bagi warga Palestina.
Situasi Palestina adalah keprihatinan warga dunia, keprihatinan kita semua. Mengapa masih ada perang yang menyengsarakan anak-anak dan kaum perempuan?
Yesus melihat orang banyak yang berbondong-bondong tergerak oleh belas kasihan. Dia bertanya untuk memancing kepedulian murid-murid-Nya, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
Filipus tidak bisa memecahkan masalah. Ia angkat tangan dengan berkata, “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”
Andreas ada ide. Ia melihat ada anak membawa lima roti jelai dan dua ikan. Tetapi apalah artinya bagi sekian banyak orang? Tetapi Yesus meminta untuk membawa lima roti dan dua ikan itu.
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
Mereka semua makan sampai kenyang. Bahkan ada sisa berjumlah duabelas bakul. Peristiwa ini mengajak kita merenung bahwa ketika kita rela berbagi maka akan ada banyak orang yang diselamatkan.
Semangat bersyukur akan membuat segalanya menjadi cukup. Jika kita tidak memiliki rasa syukur, maka yang terjadi adalah kurang, kurang dan kurang melulu.
Resep orang bahagia adalah bisa mensyukuri apa yang dimiliki dan mampu berbagi kepada mereka yang berkekurangan.
Walau hanya punya lima roti dan dua ikan, namun jika itu disyukuri di hadapan Tuhan dan ikhlas dibagikan maka yang terjadi adalah kelimpahan. Marilah kita bersyukur dan berbagi.
Kita penuh sukacita di hari raya,
Warga Palestina hidup menderita.
Marilah kita berbagi pada sesama,
Agar dunia jadi aman damai Sentosa.
Cawas, bersyukur dan berbagi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr