ORANG Muda Katolik (OMK) Stella Maris Siantan Pontianak merefleksikan Kisah Sengsara Yesus dengan mementaskan tablo Penyaliban Yesus. Tablo penyaliban ini dipentaskan di halaman Gereja Stella Maris Siantan, Jumat 30 Maret 2018, mulai pukul 08.00. WIB.
Dalam pengarahannya sebelum pementasan mulai, Pastor Paulus Yopi MSC, Pastor Rekan Gereja Stella Maris, mengingatkan para pemain bahwa tablo ini ini adalah media pewartaan iman.
“Kalian semua bertugas mewartakan betapa besar cinta Tuhan kepada manusia, sampai Ia rela mati di kayu salib. Karena itu, laksanakan pementasan ini dengan serius,” katanya sembari mohon kekuatan dan kelancaran pentas dan berkat pengutusan.
Drama kisah sengsara Tuhan ini diawali di pelataran Gua Maria di samping kanan gedung gereja. Adegan Perjamuan Terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya tersaji di awal pentas dan baru kemudian menyusul adegan-adegan di Taman Getsemani, Yesus dicium oleh Yudas, Yesus ditangkap oleh prajurit Romawi dan dalam situasi keruh dan ribut dan Petrus lalu mengayunkan pedang, mengenai dan memutus satu daun telinga seorang prajurit.
Adegan selanjutnya adalah Yesus yang dibawa untuk dihadapkan ke Mahkamah Agama, lalu ke Pilatus, dan kemudian dikirim ke Raja Herodes.
Yesus disesah, dipaksa memanggul salib dan diarak.
Di sepanjang perjalanan itu, Yesus dicaci, dihina dan dicambuk, jatuh, bertemu dengan Veronika, dan sesorang yang menolong memanggul salib. Adegan terakhir adalah proses penyaliban Yesus. Di bawah salib Yesus, Maria didampingi seorang rasul yang dikasihi memandangi Yesus sambil berurai air mata.
Suasana hening.
Pembacaan puisi
Albertha Kurniawati, umat yang menyaksikan pentas kisah sengsara itu, berbisik, “Drama ini ‘mengerikan’ dan menyedihkan. Betapa menderitanya Yesus saat mengalami penyiksaan penuh kebencian ini.”
Dalam keheningan, tampillah Chatarina Pancer Istiyani, pendamping OMK Stella Maris, membacakan puisi iptaannya.
Kemenangan atas Maut
Manusia, lihatlah…
Dia yang telah rela dikhianati,
Ditukar dengan 30 keping uang perak
Ditangkap
Ditampar
Diolok-olok
Dicerca maki
Diludahi
Dipukuli
Dicambuk cemeti berujung paku tajam
Dimahkotai duri
Kulit tercabik… tersayat
Bahu dibebani palang
Yang jatuh terjerembab, terseret …
Dan aaaarrggh … Dia disalib.
Ya … dia disiksa secara perlahan dan kejam
Agar jiwa raga-Nya menderita sengsara.
Manusia …
Jangan tertunduk, lihatlah
Tubuh-Nya tergantung di salib hina
Kepala-Nya tertunduk melunglai
Darah bercampur peluh mengalir dari luka-luka di kepala
Wajah-Nya … rambut-Nya basah darah
Ya, darah yang mengalir dari kepala
Bertemu dengan darah yang mengalir dari
Telapak tangan di dada …
Laksana sungai, darah terus mengalir
Semakin deras karena lambung yang
Tertikam … membanjir hingga ujung kaki …
Dan kayu salib pun memerah
Darah membasahi bebatuan Golgota …
Kini semua telah pergi … sunyi
Angin semilir sendu menerpa segala perih
Bebatuan dan tanah tercekam tanpa suara
Langit gelisah, pilu, tanpa bisik
Yaaaa … sunyi … tanpa jerit dan erangan lagi
Wahai manusia apa yang kau rasa?
Dari atas salib-Nya, Dia mengasihimu … mencintaimu
Menyelamatkanmu dan menebus dosamu …
Dia mati …
Dengan kasih Ilahi-Nya yang sempurna…
Dia mengalahkan kuasa maut …
Inilah … kemenangan cinta atas dosa …
Penuh penghayatan
Muda-mudi Katolik yang tergabung dalam OMK Stella Maris ini menampilkan pentas tablo itu penuh penghayatan . Mereka rata-rata berstatus mahasiswa/ atau pelajar. Tidak heran, kalau umat yang hadir antusias mengikuti adegan demi adegan dari awal sampai akhir, meskipun harus berdiri dalam cuaca panas.
Stefanus Paras Agung, Koordinator OMK Stella Maris Siantan Pontianak menjelaskan, pemain tablo ini sebanyak 37 orang muda, terdiri dari 20 pemuda dan 17 pemudi.
Niko, siswa SMAN 2 Pontianak, memerankan Yesus dalam tablo ini. Ia merasa bangga ditunjuk memerankan Yesus. “Peran ini menjadi sarana saya memahami betapa berat sengsara dan wafat Tuhan Yesus, sebuah refleksi tentang cinta,” ungkapnya.
Pastor Kornelius Kuli Keban MSC, Pastor Kepala Paroki Stella Maris Siantan Pontianak, berpesan agar kita semua berani berbuat kebaikan apa pun risikonya.
”Pementasan drama penyaliban Yesus ini mau mengajak kita semua untuk berani berbuat baik, meskipun harus menderita. Marilah kita semua menimba kekuatan dari peristiwa karya keselamatan ini,” ungkapnya.
Kredit foto: Br. Benardinus Sukasta MTB