SAAT ini, dunia telah memasuki era digital di semua bidang. Anak-anak, khususnya yang lahir 10 tahun terakhir adalah generasi digital yang tumbuh, dan berhubungan dengan dunia lewat smartphone, tablet, dan komputer. Unsur penting dalam generasi ini adalah layar, informasi, dan kecepatan.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Program Studi (Kaprodi) Bimbingan dan Konseling (BK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta Yohanes Heri Widodo, M.Si pada acara parenting yang diadakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Santa Theresia Wedi, Kabupaten Klaten di Balai Mandala, Wedi, Sabtu (4/11/2017) pagi.
Heri Widodo menyatakan, penggunaan perangkat digital pada anak bisa berdampak positif dan negatif. Efek positif penggunaan perangkat digital pada anak yaitu pertama, terbiasa menggunakan teknologi. Kedua, stimulasi untuk perkembangan kognitif (termasuk problem solving). Dan ketiga, membangun kemampuan komunikasi (online).
Sedang efek negatif penggunaan perangkat digital pada anak sebagai berikut:
- Membahayakan perkembangan otak dan menghambat kemampuan sosio emosional anak.
- Mengganggu interaksi anak dengan orang lain.
- Menghambat aktifitas eksplorasi anak terhadap lingkungan sekitar.
- Menghambat kemampuan sensori dan visual motorik anak.
- Menghambat perkembangan kemampuan regulasi diri anak.
- Menurunkan rentang perhatian untuk mampu fokus dan berkonsentrasi pada sesuatu, dan sebagainya.
Lantas, orangtua harus bersikap bagaimana?
Heri Widodo menjelaskan, orangtua harus menentukan sikapnya sebagai berikut:
- Menerima fakta datangnya era digitalisasi.
- Tidak buta teknologi.
- Mengatur waktu dan ruang bebas smartphone.
- Menjadi ‘tuan’ atas teknologi.
Dosen psikologi ini mengatakan, perlu ada rambu-rambu untuk anak saat menggunakan alat perangkat digital. Satu, perlu ada aturan bahwa smartphone adalah alat bukan mainan. Dua, etika dalam penggunaan. Tiga, jangan mengabaikan orang-orang di sekitar. Dan empat, kenalkan mengenai privasi.
“Anak juga perlu dijelaskan bahwa privasi anak tidak berlaku untuk orangtua. Ingatkan anak untuk “pelan”. Kenalkan anak mengenai aspek permanen. Dan tekankan kualitas di atas kuantitas,” tandasnya.
Sedang Kepala PAUD Santa Theresia Wedi, Suster Margaretha AK menjelaskan, tujuan dari acara parenting ini untuk belajar bersama bagaimana mendampingi anak agar ada pemahaman yang sama antara guru dan orang tua. “Belajar itu bukan hanya untuk anak-anak saja. Tetapi juga untuk orang tua. Maka, kita (orangtua) juga harus belajar terus. Istilahnya, ongoing formation,” kata suster.
Acara parenting yang bertema “Pendampingan Anak di Era Digital” ini diikuti para orang tua anak dari Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan Taman Kanak-Kanak (TK) serta guru dan karyawan PAUD Santa Theresia Wedi. Tampil sebagai pembawa acara adalah Frater Oot.