Di Luar Nalar

0
530 views

“Sebab dalam batinku aku memang suka akan hukum Allah, tetapi dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-anggota tubuhku.” (Rom 7,22-23)

BEBERAPA waktu yang lalu, seorang penyidik dari KPK mendapatkan sebuah teror, yakni disiram air keras. MUI mengutuk keras aksi teror tersebut. Wakil Ketua Umum MUI mengatakan bahwa tindakan tersebut di luar nalar orang sehat dan bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Pelakunya mungkin orang yang anti terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.

Tindakan di luar nalar sering terjadi. Tindakan tersebut tidak hanya dilakukan oleh teroris atau orang yang terbiasa membuat teror terhadap orang lain, yakni dengan melakukan berbagai tindakan yang kejam atau biadab. Orang biasa lain pun sering melakukan tindakan di luar nalar, seperti: menyimpan jenasah bayi di freezer, orang memberikan denda terhadap dirinya sendiri, orang membunuh sapi dengan cara dipalu, anggota DPD kisruh dan saling berebut pimpinan, keputusan pejabat yang sulit dimengerti, ibu kandung memutilasi buah hatinya, dsb. Ada berbagai macam ucapan, perilaku atau tindakan yang terjadi di luar nalar.

Tindakan di luar nalar artinya tindakan yang sulit untuk dimengerti oleh akal budi; tidak bisa dipahami oleh akal sehat; tidak diputuskan dengan pertimbangan yang logis dan masuk akal. Hal ini tidak hanya berlaku untuk sebuah tindakan, tetapi juga ucapan, kata-kata, keputusan, sikap atau perilaku seseorang. Banyak orang sering dibuat pusing, bingung, tidak bisa mengerti dan memahami orang lain, dengan segala ucapan, sikap, perilaku dan tindakannya yang di luar nalar, tidak wajar, tidak logis atau tidak masuk akal.

Kenyataan seperti ini sungguh disadari oleh St. Paulus, karena kenyataan tersebut juga terjadi di dalam dirinya dan juga di dalam diri para murid. Banyak orang sungguh taat dan setia kepada Allah; mereka berusaha hidup seturut dengan kehendak Allah. Namun demikian, pikiran dan maksud yang baik itu seringkali tidak terwujud di dalam sikap, perilaku dan tindakan yang nyata. Pikiran dan maksud baik itu sering dikalahkan oleh hal-hal lain atau hukum lain, yang bertentangan dengan akal budi dan kehendak baik. Sikap, perilaku dan tindakan seseorang sering dipengaruhi oleh perasaan, kesenangan, kepentingan diri serta hal-hal lain, yang tidak sesuai dengan akal budi.

Dalam peristiwa dan pengalaman apa saja, pikiran dan maksud baik ku sering tidak terwujud di dalam sikap, perilaku dan tindakan yang nyata? Hal-hal apa saja yang menjadi penyebabnya? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here