Sabtu, 23 April 2022
- Kis. 4:13-21.
- Mzm. 118:1-14-15a.16a.18.19-21.
- Mrk 16:9-15
ADA banyak kisah dalam hidup ini yang sering di luar kemampuan nalar kita.
Pada saat tertentu ada korban rumah runtuh ditemukan selamat, walau sudah beberapa hari ia berada di reruntuhan tersebut.
Ada juga orang yang dikatakan telah mati, tapi hidup kembali. Setelah hidup, ia bercerita pengalamannya kala “divonis” sudah mati.
Dan ada banyak lagi peristiwa yang mengatasi nalar dan budi kita.
Menghadapi peristiwa-peristiwa di luar kemampuan nalar kita memang membutuhkan iman.
Kita tidak bisa memasukkan semua peristiwa dalam budi kita.
Kita butuh kerendahan hati untuk menerima sesuatu yang tidak masuk dalam budi kita.
“Aku benar-benar takjub akan kebaikan Tuhan, yang selalu tepat namun sulit saya pahami,” kata seorang ibu muda.
“Ketika saya hampir putus sekolah, Tuhan memberiku kesempatan menerima bea siswa pada saat bapak jatuh sakit dan kemudian meninggal,” lanjutnya.
“Saya hampir tidak meneruskan belajar setelah selesai SMA, namun pada detik-detik terakhir pendaftaran perguruan tinggi, ada tawaran bea siswa kuliah lewat jalur prestasi,” sambungnya.
“Almarhum bapak selalu menyemangatiku. Beliau ingin saya sukses. Bapak ingin membuktikan bahwa dari anak seorang petani yang tidak pernah sekolah, bisa mendidik anak bahkan sampai lulus perguruan tinggi,” kisahnya.
“Bapak selalu bangga dengan pencapaian dan prestasiku. Kebanggaan bapak inilah yang selalu membangkitkan semangatku untuk selalu berjuang,” lanjutnya.
“Di setiap langkah hidupku, saya selalu mensyukuri betapa tangan Tuhan sungguh luar biasa dan hanya bisa saya resapkan dalam hati. Sungguh Tuhan itu ada dan selalu berkarya,” katanya.
“Sekarang, ketika saya sudah bekerja dan punya kantor sendiri, bapak memang sudah tiada. Namun saya bisa membayangkan betapa bahagia dan bangganya, dengan apa yang saya capai,” katanya lirih.
“Siapa pun kita, Tuhan ingin kita punya masa depan yang baik dan ikut dalam karya-Nya,” sambungnya.
“Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian,
“Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Yesus menampakkan diri secara langsung kepada mereka untuk mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, karena mereka tidak percaya pada saksi mata yang mewartakan kebangkitan Kristus.
Yesus tahu bahwa para murid-Nya tidak percaya, hati mereka degil tetapi Ia tetap menaruh kasih kepada mereka.
Ia tetap menetapkan mereka sebagai utusan-Nya yang akan pergi dan berbicara atas nama-Nya.
Yesus dengan suara lantang mengatakan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk!”.
Tuhan Yesus senantiasa tahu bahwa para murid-Nya kadang diliputi kegentaran bahkan sikap tidak percaya, degil hati tentang kebangkitan-Nya namun demikian Tuhan masih mau mempercayakan misi-Nya kepada mereka.
Apa pun kondisi kita, Tuhan ingin kita ambil bagian dalam karya-Nya dan mengutus kita pergi mewartakan Injil-Nya.
Kita diutus mewartakan Injil, bukan hanya kepada sesama manusia tetapi kepada segala makhluk, seluruh alam semesta.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku siap diutus?