Di Mana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung

0
960 views
Eti, seorang guru Katolik mengajar di sebuah madrasah di Tana Toraja, Sulsel. (Ist)

Bacaan 1: Ibr 12:18-19. 21-24
Injil: Mrk 6:7 – 13

ARTI sebenarnya dari peribahasa ini adalah berbicara tentang etika, ketika kita berada di suatu daerah. Harus menghormati tradisi atau adat istiadat di situ. Namun bagi saya, bisa diartikan lebih dalam lagi:

“Di mana pun saya berada dan tinggal disitu maka itulah tempat terbaikku, jadi harus disyukuri.”

Tuhan punya rencana dalam hidup kita, sebab Dia-lah Sang Empunya kehidupan. Dimana kita ditempatkan pasti ada maksudnya dan bukan sebuah kebetulan belaka.

Eti Kurniawati, seorang guru beragama Kristen, tidak akan pernah menyangka bahwa ia mendapatkan penugasan sebagai guru geografi di Madrasah Aliyah Negeri Tana Toraja.

Ia baru saja diangkat sebagai guru CPNS 19 Januari 2021.

“Tapi ya karena saya yakin ini rencana Tuhan dalam hidup saya, maka akan saya jalani sebaik mungkin dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru nantinya,” kata Eti Kurniawati.

Dia hanya perlu persiapan administrasi dan segera berangkat ke Tana Toraja. Tidak memikirkan aneka macam bekal pribadi yang harus dipersiapkan.

Kita tidak pernah tahu, apa rencana Tuhan untuk Eti Kurniawati saat ditugaskan mengajar di MAN Tana Toraja.

Namun Eti sangat percaya bahwa inilah pengutusan Tuhan yang harus dia jalani.

Dalam bacaan hari ini, Tuhan Yesus meminta dua belas murid-Nya untuk tidak perlu memikirkan bekal-bekal pribadi termasuk uang dalam perutusan mereka kecuali tongkat. Tuhan hanya berpesan:

“Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu.”

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Hal ini juga menjadi petunjuk bagi kita semua pengikut-Nya. Agar mempercayakan diri kepada Allah sebagai penyelenggara hidup seperti dua belas rasul itu.

Penulis Ibrani memberikan nasihat kepada pengikut Kristus agar tidak hidup dalam ketakutan seperti orang-orang Israel kuno. Mereka takut dan gemetar beribadah, mendengar dan berhadapan langsung dengan Allah di bukit peribadatan.

Sebab Allah telah hadir sebagai manusia dalam diri Yesus, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi di Bukit Sion.

Dia-lah Pengantara Perjanjian Baru, yang memungkinkan kita berani berhadapan dengan-Nya bilamana saatnya tiba.

Pesan hari ini
Setiap pribadi memiliki perutusan masing-masing, syukurilah dan jalani dengan sepenuh hati. Percayakan hidup kepada-Nya dan biarkan Tuhan melengkapi kekuranganmu.

Penulis Ibrani juga memberi nasihat, bersama Tuhan tidak perlu takut sebab Dia-lah Pengantara Perjanjian Baru kita.

Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here