Di Milan, Karnaval plus Makan Enak Dulu Baru Kemudian Prapaska (1)

0
2,500 views

RABU lalu atau Kamis lalu waktu Indonesia, umat Katolik di Italia dan di seluruh dunia merayakan Hari Rabu Abu guna menandai awal Masa Prapaska dan pertobatan. Umat Katolik mempersiapkan diri selama 40 hari untuk menyambut hari Paska Kebangkitan Tuhan.

Setiap tahun sebelum memasuki Masa Prapaska, sebagai tradisi di Italia diadakan berbagai pesta pawai dan keramaian yang dinamakan “Carnevale” (dalam bahasa Indonesia: Karnaval).

Kata “carnevale” berasal dari bahasa Latin “carnem levare” yang artinya meniadakan menu daging.Itu menandai periode menjelang Prapaska dimana sesuai dengan tradisi agama Kristen, menu daging dilarang. Oleh karena itulah, pada zaman Romawi kuno diadakan pesta pawai dan bazar yang menyediakan menu daging besar-besaran sebelum hari pantang dan puasa.

Karnaval berlangsung selama beberapa minggu dan diakhiri dengan “Martedì Grasso” yang berarti Selasa Gemuk. Inilah satu hari khusus dimana pesta-pesta besar berlangsung sebelum dimulainya masa Prapaska yang diawali dengan hari Rabu Abu.

Karnaval Italia

Banyak karnaval Italia menjadi terkenal dan patut dilihat, seperti di Milano dan Venezia.

Di berbagai kota di Italia diadakan parade kereta kuda dengan topeng dan kostum tradisional Karnaval. Sering kali diadakan pula perlombaan yang memberikan penghargaan kepada topeng dan kostum karnaval yang paling indah dan asli.

Topeng Karnaval

Topeng-topeng tradisional Italia ada banyak ragamnya. Sejarahnya berawal pada tahun 1500 dengan Commedia dell’ Arte (komedi kesenian) yang berasal dari berbagai kota seperti: “Arlecchino dan Brighella” berasal dari kota Bergamo, “Pantalone dan Colombina” dari kota Venezia, topeng “Pulcinella” dari Napoli, topeng “Ballanzone” dari Bologna, topeng “Gianduia” dari Torino, “Rugantino” dari Roma dan “Meneghino” dari Milano.

Karnaval  Ambrosian

Berbeda dengan periode karnaval di kota-kota lain di Italia, Karnaval Ambrosian di kota Milan tidak berakhir pada hari Selasa Gemuk, melainkan jatuh pada hari Sabtu. Itu karena menurut tradisi, Santo Ambrosius –Pelindung kota Milan– masih sibuk dengan ziarah ke Roma dan meminta kepada penduduk Milan untuk menunggu kepulangannya sebelum memulai liturgi  Prapaska. Oleh karena itulah, di Keuskupan terbesar di dunia itu, ritual pemberian Abu dirayakan pada hari Minggu Pertama masa Prapaska, sesuai dengan ritus Ambrosian.

Tahun ini Karnaval di Milan dimulai pada tanggal 21 Februari dan berakhir pada hari Sabtu 25 Februari.

Tokoh utama dari karnaval Ambrosian adalah topeng “Meneghino”, seorang hamba yang baik dan lucu yang membuat lelucon atas keburukan orang-orang kaya. Meneghino mengenakan jaket panjang berwarna coklat, celana pendek, kaos kaki bercorak garis putih merah, topi dengan berujung tiga dan wig dengan ekor kuda ala Perancis.

Nama topeng berasal dari nama Domenighin, seorang hamba yang setiap hari Minggu mendampingi wanita-wanita kaya di Milan ke gereja atau berjalan-jalan. Tahun 1848, selama periode “Lima hari di Milan” (*), dia dipilih oleh rakyat Milan sebagai simbol dari kepahlawanan, karena mewakili beberapa karakter khas Milan, seperti karakter pekerja dan baik hati.

(*) “Lima hari di Milan” melambangkan periode pembebasan kota Milan yang dulu menjadi Ibukota Kerajaan Lombardo-Veneto dari pendudukan Austria. (Bersambung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here