Renungan Harian
Kamis, 29 Juli 2021
PW. St. Marta
Bacaan I: Kel. 40: 16-21. 34-38
Injil: Mat. 13: 47-53
DALAM sebuah pertemuan, ketika diadakan syering ada seorang bapak yang bersharing tentang anak laki-lakinya.
Bapak itu kami kenal sebagai seorang tokoh terhormat baik di lingkungan masyarakat maupun Gereja.
Beliau terhormat bukan pertama-tama karena bapak itu mempunyai jabatan dan punya usaha yang berhasil.
Melainkan lebih dari itu, keluarga bapak itu terkenal baik, hormat dengan semua orang, terbuka pada semua orang dan mudah untuk menolong orang lain.
Bapak itu bercerita bahwa anak laki-lakinya sekarang ini sedang ditahan oleh pihak berwajib karena kasus kepemilikan narkoba.
Syering bapak itu membuat kami semua terkejut, karena kami semua mengenal anak laki-laki bapak itu anak yang baik, pandai dan kami ketahui sedang kuliah di kota lain.
Salah seorang dari kami memberanikan diri bertanya apakah sudah ada usaha dari keluarga menebus anak itu sehingga tidak harus ditahan.
Menurut pengalaman bapak yang bertanya itu, dalam kasus seperti itu biasanya bisa ditebus dengan negosiasi.
Bapak itu menjawab bahwa keluarga sudah dihubungi oleh seseorang yang mengaku dari pihak berwajib yang meminta agar keluarga menyediakan sejumlah uang agar puteranya tidak ditahan.
Namun bapak itu tidak bersedia menyediakan sejumlah uang yang diminta. Tapi, justru meminta agar anaknya diproses sesai dengan hukum yang berlaku.
Kami semua terkejut dan heran dengan jawaban bapak itu.
Bapak itu nampaknya mengerti keheranan kami dan yang seolah-olah menuduh bapak itu keberatan kehilangan sejumlah uang dari pada mendapatkan anaknya.
Kemudian bapak itu bicara:
“Kalau menuruti perasaan, apalagi perasaan ibunya, lebih mudah bagi kami untuk menuruti permintaan menyediakan uang asal anak saya tidak ditahan.
Tidak ada orangtua yang rela dan senang anaknya ditahan.
Namun bagi saya, apa yang terjadi dengan anak saya adalah pelajaran berharga bagi dia.
Saya sudah berulang kali menasihati, memberi pengertian godaan-godaan yang bisa menjerumuskan dia ke perilaku yang tidak baik.
Ia sudah mendengarkan, ia sudah mengerti dan ia sudah bisa menimbang untuk memilih.
Kalau sekarang terjadi, maka ini adalah bagian dari apa yang sudah dia pilih. Maka biar dia belajar, kalau ditebus dan tidak ditahan, ia tidak akan belajar.”
Kami semua yang awalnya seakan menghakimi dan berprasangka buruk berubah menjadi kagum dengan sikap bapak itu.
Bahkan meski apa yang terjadi termasuk aib bagi masyarakat namun sikap bapak itu membuat kami semakin hormat padanya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, Tuhan Yesus setelah tiga kali berturut-turut memberi perumpamaan tentang Kerajaan Surga bertanya kepada para murid apakah mereka mengerti dan para murid menjawab mengerti.
Maka selanjutnya adalah tergantung para murid dalam berdiskresi untuk memilih.
“Mengertikah kalian akan segala hal ini? Orang-orang menjawab: Ya, kami mengerti “
Bagaimana dengan aku? Apakah aku sudah mengerti?