Diakui dan Dihargai

0
767 views

Selasa, 15 Maret 2022

  • Yes. 1:10.16-20.
  • Mzm: 50:8-9.16bc.17.21.23.
  • Mat. 23:1-12

SETIAP orang tidak suka, bila kehadirannya tidak dihargai dan diperhitungkan.

Rasanya sangat menyedihkan, jika kita ada tetapi dianggap tidak ada.

Setiap orang ingin mendapat pengakuan dan diperlakukan secara terhormat oleh orang lain.

Namun, pengakuan dan penghormatan tersebut hanya bermakna, bila bukan merupakan pujian kosong, melainkan didasarkan pada kinerja dan integritas moral yang kita miliki.

“Saya pernah merasa lelah dan tidak bersemangat bekerja, karena sikap pimpinanku yang bertindak sesuka hatinya,” kata seorang ibu.

“Dia memberi semua pekerjaan, tetapi selalu saja ia mencari kekeliruan meski sedikit saja, lalu dia memarahi saya di depan umum, tanpa ada perasaan,” lanjutnya.

“Ia seakan menemukan kehebataannya dan merasa harga dirinya tinggi dengan bisa menegur orang dengan disaksikan orang banyak,” kata ibu itu.

“Pimpinanku melakukan segala sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian. Ia seperti memakai topeng untuk menutupi keburukannya sendiri,” lanjutnya.

“Hingga suatu hari saya mengundurkan diri dari bagian itu, lalu digantikan orang lain, oleh temanku juga,” lanjutnya lagi.

“Ini baru namanya staf yang benar dan baik, kerjanya maksimal,” kata pemimpinku seakan sambil menyindir saya.

“Namun setelah berjalan lima bulan, pimpinanku menemui aku dan minta saya kembali ke bagian itu,” lanjutnya

“Tolong, kamu kembali ke bagian sana lagi, itu temanmu sama sekali tidak menguasai perkerjaan,” kata pimpinanku.

“Maaf Pak, temanku akan bisa kerja baik asal diberi kesempatan belajar, saya akan membantu dia semaksimal mungkin,” jawabku menolak dengan halus permintaan pemimpinku.

“Banyak hal yang dulu kamu kerjakan dengan baik dan rapi sekarang tidak tambah baik, malah menjadi kacau,” sahut pimpinanku.

“Kamu sangat cakap dan bisa berkerja baik, tolong kembali ke bagian itu,” lanjutnya.

“Saya di sini juga sedang menata dan belajar lebih baik, mohon maaf Pak, biar saya tetap di bagian ini,” kata ibu itu.

“Jika saya tidak pernah meninggalkan bagian itu, saya akan selalu disalahkan dan tidak pernah diakui dan dihargai,” ujarnya.

“Dengan meninggalkan bagian itu, mereka baru tahu bagaimana kinerja dan usahaku serta pengabdianku,” lanjutnya.

“Kadang kita perlu menarik diri untuk menunjukkan kebenaran dan nilai sebuah pengurbanan,” kata ibu itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias.

Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Permasalahan dalam hidup bersama seringkali kita berhadapan dengan orang-orang yang mencari pujian dan penghargaan diri dengan merendahkan orang lain.

Orang-orang tersebut lebih suka mengatakan nilai dan hukum secara baik dan ideal, namun tidak punya komitmen untuk melaksanakannya.

Yesus memperingatkan para murid dan kita juga agar ada kesatuan antara perkataan dan perbuatan.

Semoga kita tidak hanya mengetahui nilai dan hukum-hukum namun menjadi pelaksana hukum dengan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga kita tidak menggunakan pengetahuan kita untuk membebani orang lain, melainkan justeru mengurangi beban yang mestinya dibebankan pada orang lain.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa mengakui dan menghargai kinerja sesamaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here