BEBERAPA hari yang lalu, seorang artis ndhangdut meninggal, diduga digigit ular kobra yang dibawa saat tampil di panggung pertunjukan. Ular memang bisa bikin gaya. Namun ular tetap berbahaya.
Dua bulan lalu Warga Carui, bagian dari Paroki Majenang gempar. Pasalnya ada seorang gadis meninggal, digigit ular. Keluarganya baru saja punya gawe, nikahan. Karena rumah untuk pesta, anggota-anggota keluarga pada tidur di lantai, ber-alaskan karpet. Ketika dia tidur, kaget, di ketiaknya ada grenyel-grenyel.
Grenyel-grenyel itu di dikipatkan. Mungkin karena kaget, grenyel-grenyel itu menggigit. Ternyata glenyer-glenyer itu ular weling. Sesudah lepas, ular dibunuh beramai-ramai. Namun malang, si gadis ketika dibawa ke puskesmas dengan pick-up, meninggal dia di perjalanan.
Jumat malam, OMK Majenang pada sibuk. Mereka sibuk persiapan menyambut salib EYD di hari Minggu. Salib EYD tahun ini juga ada gambar ularnya. Menggantung di salib. Konon maksudnya berlatarbelakang kisah Nabi Musa. Barang siapa yang memandang ular tedung di atas tiang, akan diselamatkan.
Ini kisah Perjanjian Lama, ular dikisahkan membawa keselamatan. Di sisi lain, ular juga menjatuhkan manusia dalam dosa, dengan rayuannya pada Ibu Hawa.
Bagaimana pun hewan ular, tetaplah bagian kehidupan dunia. Beberapa kali Pastoran Majenang yang berlantaikan keramik, tetap kemasukan ular. Ketika melayani Kampung-Laut, Jeep Suzuki Jimny juga pernah tabrak ular di Kawunganten.
Dikira tiada apa. Ternyata 5 jam kemudian, ketika istirahat pulang dalam perjalanan. Dari atas roda belakang, jatuh sebuah benda, bunyi ‘tlepek’. Ternyata ada ular jatuh dari kolong mobil. Ular yang tadi pagi tertabrak, menggelantung di chasis tak ketahuan. Dan masih hidup.
Ular, ular, ular. Bisa menyenangkan, namun bisa pula bikin malapetaka. Maka pesan-hikmah yang bisa ditimba adalah, tetaplah waspada dengan ular. Selamat Ber-EYD-ria, dengan salib bergelantungkan ular.
Wasalam:
-peng-oedoed-rokok-bangjo-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)