Dikira Tukang Kebun

0
504 views
Ilustrasi. (Dok. Liem Tjay)

Puncta 30.08.21
Senin Biasa XXII
Lukas 4: 16-30

SUATU kali, saya sedang menyapu di halaman pastoran. Dengan memakai sandal jepit, kaos dan celana pendek yang kumal, saya mencabuti rumput dan membersihkan halaman.

Ada mobil pajero masuk halaman. Seorang ibu dengan menenteng tas mahal di tangan menghampiri saya.

“Pak, saya mau ketemu pastor ada?”

Saya menjawab, “Ada bu. Silahkan masuk ke kamar tamu bu.”

“Tolong cepat ya Pak, saya ada keperluan penting.”

Ibu itu sedikit memerintah.

Saya masuk kamar untuk membersihkan badan, ganti baju, dan celana.
Saya masuk menemui ibu di kamar tamu.

“Ada yang bisa dibantu Bu?”

Ibu itu sedikit merah mukanya, terkejut melihat saya.

“Oh… Pastor tadi yang nyapu ya. Maaf, Pastor. Saya kira tadi tukang kebun.”

Orang-orang Nazaret meremehkan Yesus, karena mereka tahu asal-usul-Nya. Yesus hanya anak tukang kayu. Ia berasal dari keluarga sederhana.

Mereka menolak-Nya dengan memandang latar belakang keluarga dan status kemiskinan-Nya. Ia tidak bisa membuat banyak mukjizat karena ketidak-percayaan mereka.

Kurang bijaklah jika kita menilai orang hanya dari penampilan luar atau status sosialnya.

Dengan kesombongan seperti itu, kita sudah membuat jarak atau sekat dengan orang lain.

Kebaikan semestinya bisa terjadi, namun karena sudah dibangun tembok kecurigaan dan penilaian yang salah, maka tidak muncul relasi yang baik.

Tidak ada mukjijat terjadi.

Jika relasi dengan tetangga sudah didasari oleh kecurigaan, apalagi dibumbui dengan gosip-gosip yang bikin merah di kuping, benih kesalahpahaman dan permusuhan akan mudah tersulut.

Orang-orang Nasaret itu tertutup hatinya. Semestinya mereka bertobat ketika Yesus menerangkan apa yang dilakukan Nabi Elia dan Nabi Elisa.

Ketika orang tidak mau percaya kepada Allah, maka tidak terjadi mukjizat.

Dengan itu Yesus mengingatkan mereka. Tetapi mereka justru semakin memusuhi Yesus dan menolak-Nya.

Hati yang tertutup tidak memungkinkan iman tumbuh berkembang.

Marilah kita membuka hati. Jangan mudah menilai orang lain hanya dari segi lahiriahnya atau status sosialnya saja.

Jika perlu kita bertobat agar kita boleh mengalami karya-karya Tuhan yang lebih besar.

Beli jadah di Kaliurang,
Tempe bacem manis rasanya.
Jangan mudah menilai orang,
Kalau tidak mengenal sedalam-dalamnya.

Cawas, membuka hati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here