Puncta 18 Februari 2025
SelasaBiasa VI
Markus 8: 14-21
SUATU kali, saya mengantar para suster piknik ke pantai. Di dalam mobil sudah penuh dengan makanan, seperti persiapan sebuah pesta ulang tahun.
Ada macam-macam cemilan, makanan berat, buah-buahan dan juga permen ringan. Semua serba tersedia. Seperti ada rasa kawatir kalau-kalau di sana tidak ada makanan.
Sampai di pantai, kami menikmati indahnya pemandangan. Ada yang bermain ombak. Ada yang berselfi ria. Ada yang main gitar dan menyanyi. Ada yang main pasir dan aktivitas yang disukai.
Saat tiba membuka bekal untuk makan, semua hanya makan sedikit. Mungkin karena lelah atau memang sangat menikmati suasana. Akhirnya bekal yang banyak itu dibawa pulang kembali; tak termakan.
Kekhawatiran membuat mereka menyiapkan bekal yang terlalu banyak takut terjadi kekurangan. Akibatnya justru malah terbuang sia-sia.
Para murid salah persepsi dengan apa yang dikatakan Yesus tentang ragi. Yesus berbicara agar waspada dan hati-hati tentang ragi kaum Farisi dan ragi Herodes.
Tetapi para murid menangkapnya itu sebuah peringatan karena mereka tidak punya roti di tangan.
Yesus menegaskan, bukan soal tidak punya roti, tetapi soal pengaruh buruk dari karakter orang-orang Farisi dan Herodes bagi masyarakat.
Kalau hanya soal tidak ada roti, apakah mereka tidak ingat bagaimana Yesus memberi makan ribuan orang sampai dua kali?
Kekawatiran adalah salah satu tanda ketidakpercayaan. Apakah kita sedang punya banyak kekawatiran tentang hidup, pekerjaan, masa depan, keluarga, hubungan dan studi?
Datanglah pada Tuhan. Dia mampu menjawab kekawatiranmu, asal engkau mau percaya kepada-Nya.
Makan bakso pakai banyak sayuran,
Tambah nikmat pakai sambal trasi.
Janganlah dikuasai oleh kekawatiran,
99% yang kaukawatirkan tidak terjadi.
Wonogiri, hilangkan kekawatiranmu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr