Puncta 03.11.23
Jumat Biasa XXX
Lukas 14: 1-6
TENTU kita masih ingat kisah Titanic yang romantis itu. Di balik tragedi itu ada kisah-kisah yang luar biasa. Cinta dan kesetiaan, perjuangan dan pengorbanan.
Menyelamatkan diri sendiri atau setia sehidup semati dengan pasangan. Ada dilema kehidupan yang harus dihadapi.
Pasangan suami-isteri, Rosalie Ida Straus dan Isidor Straus, baru saja menikmati liburan musim dingin di Cape Martin, Perancis selatan.
Mereka berencana kembali ke New York tempat bisnisnya dengan menumpang kapal super mewah Titanic.
Tragedi datang ketika Titanic menabrak gunung es di tengah samudera. Kepanikan dan ketakutan terjadi. Perempuan dan anak-anak diselamatkan lebih dulu dengan sekoci.
Rosalie Ida Straus mendapat bagian di sekoci 8. Isidor sebagai orang kaya ditawari bangku istimewa di sisi isterinya. Tetapi dia berkata, “Tidak, aku tidak akan pergi dulu dari pria-pria lain ini.”
Isidor tetap tinggal di dek bersama para lelaki.
Rosalie dibimbing masuk ke sekoci. Sekejap hatinya bimbang. Masuk sekoci, artinya selamat namun sendirian atau tetap bersama suami menghadang kematian.
Secepat kilat ia berbalik dan memeluk suaminya. Ia dibujuk oleh petugas agar masuk ke sekoci. Tetapi ia justru memberikan bangkunya kepada pembantunya, Ellen Bird dan memberikan jaket mantelnya yang mahal.
Ia tak mau berpisah dengan pria yang dicintainya. Ia tidak mau naik sekoci kendati bisa selamat. Ia tidak ingin selamat sendiri. Baginya cinta sang suami adalah segala-galanya dibanding nyawanya sendiri.
“Aku tidak akan berpisah dengan suamiku. Hidup atau mati kami akan bersama-sama,” kata Rosalie Ida Straus yang terlihat terakhir di dek kapal sedang bergandengan tangan dengan suaminya.
Yesus menghadapi sebuah dilema bersama orang-orang Farisi. Ia sedang makan di rumah orang Farisi.
Datanglah seorang yang sakit busung air. Hari itu adalah hari sabat. Yesus bertanya, “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?”
Mereka semua diam saja. Mereka bingung tidak bisa menjawab karena masalah yang dilematis.
Orang Farisi taat pada hukum Taurat. Pada hari Sabat tidak boleh bekerja. Di lain pihak ada orang sakit yang harus diselamatkan.
Yesus makin mempertajam masalah dengan berkata, “Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya keluar, meski pada hari Sabat?”
Bagi Yesus nyawa orang lebih penting daripada hukum yang membelenggu. Keselamatan orang di atas segalanya.
Bagaimana sikap anda jika harus menghadapi masalah dilematis seperti itu? Pilihan mana yang akan anda ambil?
Di tepi pantai menikmati sinar matahari,
Orang berlalu lalang di pinggir Pantai Kuta.
Apalah artinya menikmati bahagia sendiri,
Jika orang yang dicintainya malah menderita?
Cawas, keselamatan jiwa adalah segalanya.