Kamis, 28 Oktober 2021
Ef. 2:19-22.
Mzm. 19:2-3.4-5.
Luk.6:12-19
TIDAK ada yang bisa hidup sendiri. Kita perlu orang lain.
Namun kadang meski hidup bersama belum tentu kita bisa bekerja sama.
Kesibukan dan aktivitas pribadi yang lebih diutamakan sering kali membuat karya bersama terabaikan.
Suasana kebersamaan menjadi dingin, hingga tidak mau tahu dengan yang lain.
Banyak anggota komunitas pergi dan menghilang, karena komunitas tidak lagi menjadi tempat yang menumbuhkan semangat dan greget dalam kehidupan.
Ada banyak tantangan yang terjadi dengan bekerja sebagai tim dalam komunitas. Namun hal itu bukanlah alasan untuk mengerjakan semuanya sendiri, tanpa peduli dengan orang lain.
Bisa jadi bahwa karya menjadi baik dengan kerja sendiri. Tetapi pastilah karya yang lebih besar membutuhkan tim yang besar pula.
“Kita jangan hanya tinggal bersama di bawah satu atap, namun tidak saling terbuka, saling percaya, dan tidak ada rasa bertanggungjawab terhadap satu sama lain,” kata seorang teman.
“Paling sulit adalah keberanian kita memberi perhatian kepada satu sama lain,” lanjutnya.
“Maju mundurnya komunitas dan karyanya bukan terletak di satu pundak orang, namun di pundak semua anggotanya,” ujarnya.
“Bukan kepandaian dan kepintaran yang paling utama namun kita perlu punya rasa cinta dan hormat satu sama lain,” ujarnya lagi.
“Kepergian yang tak terduga anggota komunitas, mesti menjadi pelajaran bersama. Mungkin kita terlalu asyik dengan kegiatan kita, hingga tidak punya waktu dan kepedulian dengan yang lain,” katanya.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.”
Setelah para murid itu dipilih oleh Tuhan, mereka datang bersama orang banyak untuk mendengarkan Dia.
Komunitas yang baik itu selalu datang kepada Tuhan mendengarkan suara-Nya dan mengerjakan apa yang mereka dengar dari Tuhan, bukan mengerjakan keinginan mereka sendiri.
Kesadaran bahwa mereka dipilih oleh Tuhan memunculkan komitmen untuk bersama orang yang sehati sejiwa menjalankan kehendak Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah yang telah aku lakukan untuk kemajuan komunitasku?