SELASA PAGI, 14 Agustus 2018, di salah satu sudut Kota Sorong, tampak ratusan orang muda mengenakan kaos oblong berwarna putih. Rupanya mereka sedang berada dalam auditorium milik Paroki Katedral Sorong. Kaos itu bertuliskan “cerdas melawan hoax.”
Sedangkan di panggung acara, terbentang spanduk yang bertuliskan “Transformasi Komunikasi Sosial di Era Digital.”
Ternyata, di tempat itu sedang terjadi edukasi media atau yang dikenal dengan literasi media. Menurut Ketua Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia Mgr Hilarion Datus Lega, kegiatan itu diadakan berkat sinergi antara pemerintah dan gereja.
“Kita harus berterimakasih kepada Kemkominfo karena telah mempercayakan gereja untuk terlibat dalam pendidikan literasi media,”ujar Datus.
Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong ini mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemkominfo) atas kepercayaan yang diberikan kepada Komsos KWI mengadakan literasi media untuk orang muda katolik (OMK) di beberapa kota di Indonesia.
Datus melihat gerakan melawan hoax yang dikomandani Kemkominfo itu sebagai cara pemerintahan saat ini untuk melatih khalayak agar memiliki keterampilan melek media. “Orang muda mendapatkan keterampilan untuk memetakan media itu benar atau hanya memberitakan hoax,”ujar Datus Lega.
Tsunami Informasi
Saat ini di Indonesia, jumlah ponsel lebih banyak dari jumlah penduduk, kata Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemkominfo Rosarita Niken Widiastuti.
Di hadapan seribu lebih orang muda Sorong itu, Dirjen IKP membocorkan alasan di balik konsistensi Kemkominfo mau menggandeng Komsos KWI. Alasan pertama, saat ini komunikasi antarpersonal tidak menjadi tren. “Orang sibuk di medsos dan menviralkan informasi untuk mempengaruhi publik,”tutur Niken.
Di gedung yang bernama Graha Lux Ex Oriente itu, Niken berulang kali mengatakan bahwa kesibukan khalayak menggunakan medsos itu membuka peluang untuk viralnya informasi hoax.
Hoax tidak terlepas dari fenomena tsunami informasi. Hingga memunculkan pesan-pesan yang sangat provokatif. Untuk melawan pesan-pesan provokatif dan hoax, Dirjen IKP mengajak kaum muda mengunggah pesan-pesan positif.
Tidak hanya untuk orang muda, Niken juga memberi pesan khusus kepada para pastor dan suster. “Para pastor dan suster bisa mengunggah renungan dan sharing panggilannya di medsos, agar menjadi inspirasi bagi banyak orang,”pungkas Niken.