BAGAIMANA kita bisa mengukur tingkat mutu iman katolik seseorang?
Terhadap pertanyaan itu, Romo Edy Purwanto YR punya cerita sendiri untuk menjawabnya. Dia lalu mengisahkan, menjadi katolik yang baik jangan “cuci tangan” seperti Pontius Pilatus yang merasa diri bisa membebaskan diri dari rasa bersalah dengan cuci tangan.
Suci berarti bertindak
Romo Edy Purwanto Pr justru berpikir sebaliknya. Cuci tangan sama artinya mencari selamat sendiri dan membiarkan orang lain sengsara. “Pokoknya saya selamat dan tidak peduli lagi dengan sesama,” kata Sekretaris Eksekutif/Direktur Kantor KWI ini dalam forum Discus Gaudium et Spes (GSC) di Jakarta, Sabtu (14/4) lalu.
Karena itu, kata Romo Edy Purwanto, menjadi katolik sejati jangan bersikap seperti Pontius Pilatus. “Suci berarti berani bertindak, terlibat. Pendek kata, berani dan mau peduli dengan lingkungan sekitarnya,” tandasnya.
Cerita kiasan itu disampaikan Romo Edy Purwanto sebagai pengantar masuk presentasi mengenai Ajaran Sosial Gereja (ASG) kepada forum peserta diskusi Disclub GSC. Kepada khalayak peserta diskusi, Romo Edy Purwanto menggambarkan keberadaan dokumen-dokumen gerejani berlabel Ajaran Sosial Gereja (ASG) ini sampai sekarang sering tidak serius disadari oleh umat katolik. Padahal sebenarnya, tandas Romo Edy, ASG itu sudah eksis sejak tahun 1891. Persinya, tambah Romo Edy, ketika Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik bertitel Rerum Novarum (Kondisi Kerja).
Rerum Novarum ke Centesimus Annus
Rerum Novarum terbit pada tanggal 15 Mei 1891 untuk merespon situasi ketertindasan dan fenomena kemiskinan massal yang melanda Benua Eropa, khususnya kaum buruh. Itu terjadi sebagai ekses campur tangan tanpa batas dari warlords (geng-geng kriminal) yang bercokol di masyarakat waktu itu. Berawal dari Rerum Novarum inilah lalu muncul sejumlah dokumen lain mengusung ajaran sosial gereja guna merespon issues sosial-politik-kemasyarakatan yang muncul pada zamannya.
Berikutnya adalah Quadragesimo Anno yang diterbitkan Paus Pius XI 40 tahun kemudian (1931) dan membicarakan prinsip subsidiaritas dan solusi pembenahan tatanan sosial hidup bersama. Sesuai namanya “Quadragesimo Anno”, ensiklik ini sebenarnya dirancang sebagai dokumen untuk memeringati Rerum Novarum.
Lalu Mater et Magistra (Kristianitas dan Kemajuan Sosial) yang diterbitkan Paus Yohanes XXIII tahun 1961 dan membahas isu jurang kaya-miskin dalam tataran pergaulan internasional. Diperkenalkan pula gaya pikir baru Gereja yakni see, judge and act.
Berikutnya adalah Pacem in Terris (Damai di Bumi) tahun 1963 yang menggagas perdamaian dengan syarat utama mengedepankan hak-hak asasi manusia dan keluhuran martabatnya. Tak kalah penting tentu saja dokumen penting seperti Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). “Gaudium et Spes (GS) oleh banyak kalangan sering disebut Injil Sosialnya umat katolik,” kata Romo Edy setengah berkelakar.
Pasca Konsili Vatikan II
GS merupakan dokumen penting sebagai hasil Kosili Vatikan II. Lalu muncullah Populorum Progressio (Kemajuan Bangsa-bangsa), ensiklik tahun 1967 terbitan Paus Paulus VI, dan berlanjut dengan Octogesima Adveniens (Panggilan untuk Bertindak), sebuah surat apostolik tahun 1971 dari Paus Paulus VI sebagai peringatan 80 tahun terbitnya Rerum Novarum. Kemudian terbit Conveniente ex Universo (Berhimpun dari Seluruh Dunia) terbitan tahun 1971 yang lebih populer dengan nama Iustitia in Mundo (Keadilan di Dunia).
Tahun 1975 terbitlah Evangelii Nuntiandi (Evangelisasi di Dunia Modern, tahun 1975) sebagai dokumen untuk memeringati tahun ke-10 Konsili Vatikan II.
Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Redemptor Hominis (Penebus Manusia, tahun 1979) dan kemudian berlanjut dengan Laborem Exercens (Kerja Manusia, tahun 1979) yang bicara tentang makna kegiatan “bekerja” dan fenomena pemerasan dalam dunia kerja. Tahun 1987 terbitlah Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan Sosial), sebagai penanda ulang tahun ke-20 Ensiklik Populorum Progressio.
Tahun 1991 terbitlah Centesimus Annus (Tahun Keseratus), ensiklik Paulus Yohanes Paulus II yang menandai terbitnya 100 tahun Rerum Novarum. Ensiklik Centesimus Annus bicara tentang soal-soal lingkungan hidup yang kini menjadi persoalan serius abad modern. (Bersambung)
Photo credit: Mathias Hariyadi
Bahan tambahan diolah dari berbagai sumber.