BANYAK orang salah persepsi mengartikan keberadaan Ajaran Sosial Gereja (ASG). Umumnya orang dengan gampang akan mengartikan ASG sebagai ajakan (moral) Gereja agar umat katolik berpolitik praktis, misalnya saja dengan menjadi anggota parpol, politikus atau bahkan pejabat pemerintahan.
Romo Edy Purwanto Pr yang hadir sebagai nara sumber dalam Disclub Gaudium et Spes Community (GSC) di Jakarta, Sabtu (14/4) lalu, punya pendapat jelas. Memahami keberadaan ASG, kata Sekretaris Eksekutif KWI ini, harus mengacu pada konteks sosial politik masyarakat pada zamannya ketika ensiklik atau ajaran (sosial) Gereja itu diterbitkan oleh Tahta Suci.
ASG, kata Romo Edy, dimaksudkan pertama-tama bukan untuk mengajak atau mendorong sekalian umat katolik untuk terjun menggeluti praksis berpolitik praktis dengan menjadi anggota partai politik, menjadi anggota parlemen atau bahkan menjadi pejabat pemerintah atau negara. Melainkan, tandas imam diosesan dari Keuskupan Agung Semarang ini, ASG lebih harus dipahami sebagai acuan penting yang diberikan Gereja kepada umatnya agar bisa menyikapi kondisi sosial-politik kemasyarakatan yang ada di sekitarnya.
Jadi, poinnya adalah Gereja memberi acuan/referensi nilai-nilai kemanusiaan universal dan moralitas kristiani kepada umatnya agar berperilaku dan bersikap yang baik dan benar sebagai anggota Gereja dan masyarakat di sekitarnya.
Romo Edy lalu mengurai beberapa pokok penting dalam Gaudium et Spes (GS) –dokumen penting hasil Konsili Vatikan II—yang oleh banyak orang sering diplesetkan sebagai “Injil Sosial” Gereja pasca Konsili Vatikan II.
Di antaranya, kata Romo Edy, adalah acuan tata nilai kemanusiaan universal dan moralitas katolik yang menyangkut ide-ide besar seperti apa itu kesejahteraan umum (bonum commune), kebaikan umum (bonum publicum), pengembangan prinsip solidaritas dan subsidiaritas, hak-hak asasi manusia, moralitas sebagai “panglima”, keadilan dan perdamaian (justice and peace).
“ASG harus dipahami lebih sebagai acuan tatanan nilai moral kristiani dan kemanusiaan universal agar umat katolik bisa berperilaku yang baik dan benar. Kalau dia sekarang berprofesi sebagai politisi, tentu saja harapannya adalah menemukan ASG sebagai referensi untuk bisa berpolitik secara baik dan benar pula,” ujar Romo Edy.
Namun, tandasnya kemudian, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam praksis berpolitik praktis ada banyak ‘logika’nya sendiri yang kadang-kadang juga tidak sepaham dengan ASG. (Bersambung)
Artikel terkait:
Disclub GSC: Menerapkan Ajaran Sosial Gereja di Pilkada Kabupaten Kulon Progo DIY (4)
Disclub GSC: Ajaran Sosial Gereja, dari “Rerum Novarum” ke “Centesimus Annus” (2)
Disclub GSC: Ajaran Sosial Gereja Bukan Ajak Umat Berpolitik Praktis (3)
Disclub GSC: Harta Gereja Tiada Terkira itu Bernama Ajaran Sosial Gereja (1)
Menengok Kembali Forum Disclub Pertama Gaudium et Spes Community (GSC)
Disclub GSC Mengagendakan Bahasan tentang Panggilan Calon Imam (2)
Discussion Club (Disclub), Nama Kelompok Baru di Gaudium et Spes Community (1)
Memetakan Aplikasi Ajaran Sosial Gereja: Studi Kasus Pilgub DKI Jakarta (2)
Memetakan Aplikasi Ajaran Sosial Gereja pada Peta Politik Pilgub DKI Jakarta (1)