Renungan Harian
Sabtu, 12 Maret 2022
Bacaan I: Ul. 26: 16-19
Injil: Mat. 5: 43-48
BAPAK adalah sosok yang kuat dan sehat. Setelah pensiun, bapak setiap pagi selalu lari-lari kecil menempuh jarak yang lumayan jauh. Sepulang olahraga, bapak akan melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan halaman, merawat bunga, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Bapak memang bukan orang yang bisa “diam”. Di samping kegiatan seperti itu, bapak adalah orang yang rajin berdoa. Setiap pukul tiga sore, bapak berdoa koronka, nanti pukul enam sore doa rosario dan malam bapak doa malam.
Semua kegiatan bapak itu dilakukan dengan baik.
Semenjak bapak mengalami stroke ringan kedua, kegiatan-kegiatan fisik sudah berkurang terlebih sejak stroke yang kedua keseimbangan bapak mulai terganggu, sehingga untuk menjaga agar tidak jatuh bapak memakai walker atau tongkat.
Meski awalnya bapak agak keberatan karena merasa kuat, tetapi atas anjuran dokter maka bapak tidak ada pilihan.
Bagi saya, yang mengagumkan dari bapak adalah rutinitasnya yang dijalankan dengan amat disiplin. Bapak amat taat dengan anjuran dokter berkaitan dengan apa yang harus dijalankan.
Setiap hari bapak memulai hari dengan minum jus sayuran, setelah itu baru mandi dan kemudian sarapan. Soal makan bapak tidak pernah melanggar apa yang menjadi pantangan dan makan apa yang harus dimakan.
Selain itu, bapak juga amat disiplin dengan kebiasaan doa dan istirahat yang harus dijalankan.
Bapak setiap siang pukul satu akan tidur dan nanti akan bangun pukul tiga kurang untuk persiapan doa dan doa pukul tiga. Walaupun ada tamu atau kami anak-anaknya sedang berkumpul, bapak akan mengatakan bapak harus tidur.
Bahkan suatu ketika Bapak Uskup mengunjungi bapak ke rumah. Ketika jam menunjuk pukul satu siang, bapak mengatakan kepada Bapak Uskup: “Bapak Uskup, maaf saya harus tidur, Bapak Uskup silahkan istirahat di sini atau bapak Uskup akan melanjutkan perjalanan.”
Saya terkejut mendengar cerita bapak Uskup.
Saat saya pulang untuk libur, saya bicara dengan bapak:
“Pak, kalau ada tamu sekali-sekali bapak telat untuk tidur atau telat untuk makan dan minum obat tidak apa-apa. Menurut saya tidak akan mengganggu kesehatan bapak dan dokter juga tidak tahu dan kalau tahu pun tidak akan marah.”
“Bapak melakukan semua dengan disiplin dan menaati semua aturan dokter, bukan karena bapak takut dengan dokter, tetapi karena bapak ingin hidup. Bapak bukan takut mati, kapanp un dipanggil bapak siap; akan tetapi semua aturan itu dibuat agar bapak hidup dengan lebih baik, kualitas hidup bapak lebih baik.
Bapak tidak merasa berat dengan semua ini, karena bapak tahu mengapa mesti menjalankan semua ini,” jawab bapak.
Saya terkejut dengan jawaban bapak itu. Sebuah jawaban yang tidak terduga dan amat mendalam.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Ulangan, Musa mengingatkan umat Israel untuk mematuhi hukum dan perintah Allah agar mereka hidup dan menjadi umat kesayangan Allah.
“Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.”