Renungan Harian
Jumat 30 Juli 2021
Bacaan I: Im. 23: 1. 4-11. 15-16. 27. 34b-37
Injil: Mat. 13: 54-58
“MO, kalau ada anak-anak muda paroki lulusan SMA sederajat yang masih nganggur, hubungi saya ya. Biar saya didik jadi petani dan bekerja di tempatku,” kata seorang teman yang sukses sebagai pengusaha agrobisnis.
“Baik, nanti saya cari. Dan kalau ada nanti saya kontak dirimu,“ jawab saya.
“Eh, dab (Mas) kenapa kamu tidak merekrut dulur-dulurmu yang di kampung. Daripada mereka pada kluntang-klantung (gak ada pekerjaan). Mereka itu lulusan SMK lho ya SMK kampung maksudku,” saya mengusulkan.
Dia menghela nafas nampak membuang keresahan yang mendalam.
“Piye ya, Mo, (Bagaimana ya mo), aku itu jadi serba salah. Kalau ngomongin dulur-dulurku. Susah, gak ngerti aku harus ngomong apa?” jawabnya.
“Orang tinggal ngomong aja kok gak bisa, dab, dab,” kata saya agak bercanda.
Ia tertawa kecut.
“Mo, Mo, kok seperti gak ngerti mereka. Pernah waktu bakdan (lebaran) beberapa tahun lalu, di depan pakdhe, budhe, pak lik dan bulik aku mengajak mereka untuk ikut kerja dengan aku.
Jenengan (kamu) tahu apa jawaban mereka?
Mereka bertanya jabatan apa yang akan didapat oleh dulur-dulurku itu, gajinya berapa, fasilitasnya apa.
Saat saya sampaikan bahwa mereka akan saya kursuskan untuk jadi petani lebih dahulu, orang-orang tua dan dulur-dulurku itu tersinggung.
Mereka “ngundhat-undhat saya (menggugat) dengan mengatakan kalau saya anak yang tidak tahu terimakasih.
Bahkan menyinggung oran tua saya, kalau dulu tidak dibantu oleh mereka pasti sudah mati kaliren (kelaparan).
Saya coba menjelaskan bagaimana niat saya dan bagaimana nanti masa depan mereka, tetapi tidak diterima.
Pokoknya kalau mereka tidak dapat jabatan dan fasilitas yang baik, tidak usah.
Mereka malah minta saya untuk membantu kehidupan mereka dengan mengirim uang tiap bulan.
Itu Mo, yang bikin saya tidak ngerti dan harus omong apa,” katanya menjelaskan.
“Wah, kok gitu ya. Saya pikir daripada mereka pada kluntang-klantung kan mending kerja,” kata saya menanggapi.
“Sekarang saya lebih baik cari orang lain Mo. Dan saya juga gak pernah mau ikut kumpul-kumpul lagi, makan hati,” terangnya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, Yesus ditolak oleh orang-orang di tempat asalnya karena tidak memenuhi harapan mereka.
Mereka tidak mengerti dan tidak mau tahu apa yang seharusnya mereka minta dari Yesus.
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku tahu permintaan terbaik bagi hidupku?