“Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kalian keluarlah dari kota mereka, dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” (Luk 9,5)
DITOLAK atau tidak diterima oleh orang lain adalah pengalaman yang sering terjadi dan dialami oleh banyak orang. Seorang pejabat tinggi pernah ditolak kehadirannya di daerah Sulawesi Utara, karena dia sering mengumbar pernyataan yang memicu berbagai tindakan intoleran. Sejumlah elemen masyarakat mendatangi bandara Sam Ratulangi sambil membawa pamflet yang bertuliskan, “Usir si mulut busuk F.”
Pengalaman penolakan juga terjadi pada diri seorang ibu yang sakit. Dokter mengatakan bahwa ibu itu tidak sakit dan beberapa perawat juga menganjurkan agar ibu itu dibawa pulang ke rumah. Ibu itu dibawa pulang karena keterbatasan ekonomi dan proses KIS tidak dapat dipergunakan. Hari berikutnya, ibu itu memang meninggal dunia. Pengalaman lain juga terjadi dalam diri beberapa anak remaja. Beberapa anak ditolak masuk ke sebuah sekolah karena ketentuan zona atau jarak antara sekolah dengan tempat tinggal siswa. Ada juga seorang anak yang mempunyai IQ tinggi, tetapi ditolak masuk sekolah umum.
Pengalaman ditolak atau tidak diterima seringkali terjadi. Banyak orang tidak bisa diterima oleh rekan-rekan atau orang lain; ada juga orang yang tidak bisa diterima oleh sebuah lembaga, entah pendidikan, kesehatan atau lembaga lain. Mereka tidak diterima oleh orang atau lembaga lain dengan berbagai macam alasan, entah keterbatasan dalam bidang ekonomi atau karena ketentuan serta aturan yang berlaku. Ada juga orang yang tidak diterima oleh orang lain karena sikap dan perilakunya yang dianggap tidak wajar dan tidak normal, sehingga orang tersebut bisa merepotkan atau merugikan orang lain.
Pengalaman ditolak tidak hanya terjadi dalam lingkup sekolah, rumah sakit atau bandara, tetapi juga bisa terjadi di tempat lain. Bahkan penolakan terhadap orang lain juga bisa terjadi di dalam sebuah keluarga, komunitas religius, pastoran, kring atau lingkungan. Banyak orang juga ditolak oleh pimpinan atau rekan lain di tempat kerja dan di tengah masyarakat. Mereka ditolak atau tidak diterima bukan karena miskin atau mempunyai sikap dan perilaku yang tidak wajar. Mereka tidak diterima karena berbeda dalam iman, keyakinan atau agama; mereka ditolak karena berbeda dalam suku, etnis atau asal-usul.
Bagi para murid, pengalaman ditolak atau tidak diterima sering merupakan pengalaman pokok, artinya pengalaman yang selalu akan terjadi dan dialami. Pengalaman ini rupanya akan terjadi sepanjang jaman, sejak jaman para rasul sampai dengan jaman ini; pengalaman ini juga bisa terjadi di mana saja para murid hidup dan berkarya. Mereka ditolak dan tidak diterima bukan hanya oleh orang-orang yang berbeda agama dan suku; mereka sering tidak diterima juga oleh rekan-rekan seiman, seagama dan sepanggilan. Pengalaman ditolak nampaknya merupakan sebuah kenyataan yang melekat di dalam hidup para murid.
Pengalaman ditolak memang pahit. Orang bisa kecewa, terluka dan sakit hati, tidak lagi percaya diri, tersisih dan terpinggirkan, kehilangan semangat dan harapan karena tidak diterima oleh orang lain. Dalam peristiwa apa pengalaman ini terjadi di dalam diriku: saya ditolak dan tidak diterima oleh orang lain? Kapan dan dalam peristiwa apa saya pernah menolak dan tidak bisa menerima orang lain? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)