Puncta 07.11.23
Selasa Biasa XXXI
Lukas 14: 15-24
SEORANG teman diundang resepsi perkawinan di Surabaya. Sebenarnya dia akan berangkat bertiga dengan teman seangkatan. Tetapi pagi-pagi temannya memberi pesan lewat WA bahwa tidak bisa berangkat karena tiba-tiba sesak nafas.
Bangun dari tidur terasa berat sekali untuk bernafas. Akhirnya batal berangkat menghadiri undangan pesta perkawinan.
Waktu tugas di Ketapang, saya juga sering mendapat undangan pesta perkawinan. Bahkan saya tidak kenal orang yang mengundang itu. Saya baru tahu bahwa siapapun diundang, lebih-lebih tokoh-tokoh penting seperti perangkat desa, pengurus adat dan yang lainnya.
Suatu kali saya datang ke pesta. Saya merasa agak kikuk juga, karena tidak kenal keluarga itu. Para tamu pun sebagian besar juga tidak saya kenal. Saya hanya menyalami, memasukkan sumbangan dan ngobrol sebentar, lalu pulang.
Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seperti perjamuan pesta perkawinan. Banyak yang diundang, tetapi ada saja alasan mereka menolak.
Ada yang pergi ke ladangnya. Ada yang mau mencoba lembu untuk membajak. Ada juga yang sibuk dengan istri barunya karena habis menikah.
Maka raja itu menyuruh hambanya untuk mengundang siapa saja yang ditemui di pinggir-pinggir jalan, lorong-lorong kota dan segala tempat. Banyak orang miskin, cacat, lumpuh dan buta dibawa ke dalam pesta.
Raja itu ingin supaya ruangan pesta dipenuhi dengan tamu-tamu, maka siapapun diizinkan masuk menikmati kemeriahan pesta.
Yesus ingin mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu diberikan kepada siapa pun, tanpa memandang suku, bangsa, bahasa, latar belakang, status sosial. Orang kaya miskin, orang cacat, orang sakit dan penghuni lorong-lorong kota dipersilahkan datang.
Keselamatan Tuhan itu bersifat universal, bagi siapa saja yang mau menanggapi undangan-Nya. Tetapi seringkali manusia sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tidak menghiraukan undangan keselamatan ini.
Manusia ingin mencari keselamatannya sendiri. Ternyata keselamatan di dunia ini hanya semu belaka. Keselamatan Tuhan itu kekal abadi.
Perayaan Ekaristi juga dianalogkan dengan perjamuan Tuhan. Kita semua diundang untuk merayakan perjamuan. Tetapi banyak juga dari kita yang sering tidak datang ke Ekaristi dengan aneka alasan yang dibuat. Kita tidak punya waktu untuk Tuhan.
Jangan pernah menunda, sebelum Tuhan memanggil kita ke perjamuan sesungguhnya di surga. Perjamuan Ekaristi adalah saat untuk merasakan perjamuan Tuhan yang sebenarnya.
Sore-sore tidak tidak jadi mandi,
Listriknya mati gelap dimana-mana.
Rindu mengikuti perjamuan Ekaristi,
Sedikit mencicipi pesta Tuhan di surga.
Cawas, ikut diundang pesta