Apa yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang lebih baik? Ketika orang mengalami dikasihi, dia melakukan tindakan-tindakan sebagai wujud dari kasih. Bukan faktor-faktor luar yang membuat itu, tetapi dorongan dari dalam diri orang. Dorongan dari dalam terjadi karena pengalaman kasih mendalam.
Gagasan pokok dalam perikop Injil hari ini adalah soal mengasihi. Apa arti mengasihi? Artinya adalah mengakui kebesaran-Nya dan setia kepadaNya. Ia memberikan tempat padaNya. Ini dipandang dari sisi para murid.
Sedangkan dilihat dari sisi Sang Guru, dikasihi itu berarti dilindungi dan disertai olehNya. Pengertian ini bisa ditelusuri dari mengasihi dalam kehidupan umat Perjanjian Lama. Mereka dipilih, dilindungi, disertai dan dipedulikan oleh Allah, tapi mereka diharapkan untuk tetap setia padaNya.
Perintah-perintah bukan berasal dari luar, tetapi muncul dari kekuatan-kekuatan yang menggerakkan diri dan disadari datang dari hubungan batin dengan Sang Guru.
Tindakan-tindakan para murid itu merupakan perwujudan hubungan mereka dengan Yesus. Sumber tindakan merekan bukan diri sendiri, tetapi Yesus sendiri. Kehadiran Yesus dirasakan dan dialami oleh para murid.
Para murid mendapat pengutusan dan perutusan ke dalam “dunia”. Dunia tidak dapat menerima Roh Kebenaran, karena tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Para murid mengenal Dia, karena Dia mengenal dan menyertai mereka.
Mereka bukan dipisahkan dari dunia, tapi justru diutus ke dalam dunia. Dunia dalam Injil Yohanes menunjuk kepada kekuatan-kekuatan jahat dan kegelapan. Dunia tidak mengenal Sang Sabda lagi. Para murid diutus ke dalam dunia. Berarti mereka harus mewaspadai gerak gerik kekuatan-kekuatan jahat itu.
Para murid diutus ke dunia bukan untuk mengecam dan menghukum dunia, tetapi untuk mengasihani dan mencarikan jalan bagi yang ada dalam kegelapan. Para murid membawa terang. Untuk itu Roh Kebenaran tinggal di dalam mereka. Roh Kebenaran menguatkan mereka.
Bagaimana semua itu bisa direnungkan diresapkan untuk saat ini? Pertama, sebagaimana para murid diutus ke dalam dunia, kita juga diutus bukan untuk menjauhi dunia, seburuk apa pun dunia itu, tetapi mendatangi dan mengajaknya bicara.
Kedua, mengajak dunia berjalan menuju terang. Terang sekecil apa pun pasti ikut menerangi kegelapan. Tanpa terang kegelapan tetap menggelapkan. Ketiga, membiarkan diri dirasuki oleh kebenaran. Kebenaran masuk dalam diri orang yang membuka pikiran dan hati.
Tuhan Yesus Kristus, jadikanlah kesadaran mengasihi dan dikasihi mendorong untuk menjalankan perutusan dan pengutusanMu.
Wartaya SJ