Diutus ke Tengah Serigala

0
376 views
Romo Alexander Joko Purwanto Pr berjibaku naik sepeda motor melawati jalan berkubang penuh lumpur di sebuah wilayah Keuskupan Ketapang, Kalbar. (Arsip Romo Joko Purwanto Pr)

Puncta 18.10.22
Pesta St. Lukas, Penulis Injil
Lukas 10: 1-9

BULAN Agustus 2022 yang lalu, kami mengunjungi Romo Krisno Handoyo yang bertugas di Paroki Tanjung, Keuskupan Ketapang. Saat itu belum musim hujan. Tetapi jalan menuju ke sana rusak parah. Tiga jam lebih kami berkubang di jalan berlumpur.

Kami harus menunggu lama karena ada truk “amblas” menghalangi jalan. Antrian kendaraan mengular tak bisa bergerak sedikit pun.

Sekarang bulan Oktober adalah musim hujan. Jalan dimana-mana tergenang banjir. Banyak jalan terputus tidak bisa dilewati karena air menggenang setinggi setengah sampai satu meter lebih.

Kondisi medan yang sulit harus dihadapi bagi para romo di sana. Bisa jadi bukan kita yang naik sepeda motor, tetapi sepeda motor yang harus dipanggul beramai-ramai.

Beberapa romo diutus mewartakan Injil di luar Jawa. Ada yang di Ketapang, Banjarmasin, Sorong Manukwari dan tempat-tempat lain.

Kita yang di Jawa tidak bisa membayangkan bagaimana perjuangan mereka, karena tidak mengalami kondisi yang sedemikian ekstrem.

Namun tantangan medan itu justru menambah adrenalin untuk menekuni sebuah perutusan.

Beberapa waktu lalu, Romo Edi Winarto yang bertugas di Palangkaraya singgah di Cawas. Ia dengan semangat dan gembira bercerita tentang pelayanannya di sana.

Padahal ia sudah berusia 70 tahun lebih, tetapi semangatnya luar biasa. Bikin iri dan rindu berpetualang kembali di sana.

Sabda Yesus hari ini, pada pesta St. Lukas memberi sebuah tawaran, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Yesus juga mengingatkan perutusan itu penuh dengan risiko dan bahaya. Dia berkata, “Pergilah sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”

Serigala dalam perutusan itu tidak harus berupa binatang buas, walaupun kadang pernah juga ketemu buaya atau ular yang besar.

Tetapi bisa berupa kondisi medan yang berat, sulit dan berbahaya.

Tugas para murid yang diutus itu adalah membawa damai kepada setiap orang yang dijumpai. Yesus memerintahkan, ““Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.”

Sikap yang perlu disiapkan bagi para utusan adalah fokus dan konsentrasi pada tugas, percaya dan yakin pada Tuan yang mengutus dan selalu bersyukur atas apa yang diterimanya.

Fokus dan konsentrasi ditunjukkan dengan “tidak memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Ora menga-mengo lirak-lirik mrana-mrene marang barang sing ora perlu.” (Tidak tengak-tengok, lirik sana lirik sini dengan hal-hal yang tidak perlu).

Percaya dan yakin pada Tuan yang mengutus ditunjukkan dengan “tidak membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut.” Yakin bahwa Tuhan akan menjamin segalanya.

Selalu bersyukur nampak dalam siap menetap di suatu rumah, makan dan minum apa yang diberikan. Selalu berpindah-pindah bisa memberi gambaran “tidak enjoy atau kurang bersyukur.”

Yesus membutuhkan pekerja-pekerja untuk diutus, apakah anda siap menjadi pekerja-pekerja di ladang-Nya?

Hujan-hujan makan ubi rebus,
Masih ada yang menggoreng pisang.
Marilah kita siap untuk diutus,
Membawa damai bagi semua orang.

Cawas, siap diutus….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here