PRIHATIN atas tragedi bom di Surabaya, Klasika (Kelompok Studi Kader) menggelar doa dan dialog lintas agama bertajuk “Duka Mereka, Duka Kita Semua” di Aula Gereja Katedral Kristus Raja, Tanjungkarang, Selasa, 15/5.
300-an orang muda dari berbagai elemen hadir memenuhi aula antara lain Pemuda Katolik, PMKRI, PCNU, Banser, Gema Budhi, Walubi, OMK, YMII, GMKI, UKPM Teknokrat, Unila, Vox Point, PMII, UKM Katolik, FKUB dan elemen masyarakat lainnya.
“Klasika ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut merasakan duka sekaligus berdoa atas peristiwa terorisme yang terjadi di Surabaya, 13 Mei yang lalu,”ujar Ketua Klasika Een Riansah di Lampung, Selasa (15/5).
Een menyebutkan, Klasika sengaja mengundang orang-orang muda untuk hadir agar mereka memiliki hati dan semangat untuk tetap menjaga keberagaman dan terhindar dari provokasi mengingat pelaku teror berusia muda. Selain itu, semoga masyarakat tidak lagi merasa takut dengan teror mengatasnamakan apa pun.
Karena pada dasarnya, kata Ketua PC NU Bandarlampung Ichwan Adji Wibowo, tidak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan sadistis dan biadab, apalagi Islam yang “rahmatan lil alamin” (rahmat bagi alam). “Islam itu jika diperas intinya ada dua, yaitu iman dan amal soleh. Jadi, pelaku pengeboman itu bukan Islam,”tegas Ichwan Adji.
Tuhan, kata Uskup Keuskupan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono, tidak pernah membeda-membedakan manusia. Tuhan mencintai umat ciptaan-Nya dengan tidak melihat suku, agama dan warna kulit. Karena itu, uskup mohon agar umat Katolik senantiasa bersedia bekerjasama untuk merajut kebersamaan dengan siapa pun.
Pendeta Cristia Putro dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) bahkan menyatakan ibadah kepada Tuhan merupakan perwujudkan perjumpaan manusia sebagai Sang Khalik. Jika ada yang mencederainya, itu merupakan kejahatan luar biasa. Lewat kasus Surabaya ini ia mengimbau agar umat Kristen selalu mawas diri dan membuka ruang untuk bekerjasama dengan semua orang tanpa melihat perbedaan. Seperti yang disampaikan pendiri Klasika Chepry C Hutabarat, kerjasama itu bisa dilakukan lewat hal-hal konkret seperti bakti sosial dan mengadvokasi masalah-masalah masyarakat.
Bukan Cuma Umat Kristen
Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Fraksi PKB, Khaidir Bujung menegaskan peristiwa bom bukan hanya umat Kristiani saja yang berduka, tapi semua umat. Pengebom itu bukan orang Islam yang tidak suka dengan orang Kristen, tetapi orang yang memiliki paham dari luar yang ingin mengubah ideologi negara kita.
“Saya memahami jika ada perasaan mencekam sebagai kaum minoritas, kapan lagi siapa lagi yang akan menjadi korban. Tetapi kami tetap percaya kepada aparat keamanan,”ujar Sekretaris DPD I Gerakan Mahasiswa Budha Indonesia (Gemabudhi) Lampung, Deddy Wijaya Candra. Deddy juga mengatakan pemuda Budhis mendukung dan percaya kepada aparat keamanan dalam mengatasi kasus bom ini.