Doa itu Kemudi, Bukan Ban Serep

0
2,302 views

“Doa bukanlah ban serep yang dapat diambil sewaktu-waktu ketika kita menghadapi masalah; doa itu ibarat kemudi yang harus menentukan arah jalan hidup kita”.

Kalimat indah itu aku ambil dari status fesbuk seorang anak SMP kelas 9, di daerah Semarang, Jawa Tengah. Beberapa hari yang lalu, anak itu invite aku; lalu aku confirm menjadi sahabat di fesbuk. Baru sekali aku bertemu dengannya.

Siang itu, aku menumpang mobil mamanya, lalu menjemputnya di sekolah. Mobil yang dikemudikan sopirnya segera meluncur menuju ke Gua Kerep di Ambarawa. Mamanya sendiri turun di Banyumanik, untuk kemudian menumpang bis melanjutkan perjalanan ke Jogja. Kira-kira satu setengah jam kami sampai di Gua Kerep. Kami berlima. Anak itu, pak sopir, satu bapak, dua suster, dan aku. Pak sopir nunggu di tempat parkir. Kami berempat segera menuju ke depan gua untuk berdoa.

Entah apa yang mereka doakan. Entah apa yang mereka minta atau panjatkan sebagai isi doa. Yang jelas, aku sendiri duduk pada blok kedua persis di depan gua. Tidak banyak umat yang datang berdoa. Kulihat di belakang-kanan, seorang bapak bersandar pada pohon, mengatupkan mata, duduk bersila dengan khidmat. Kuyakin, ia berdoa. Aku pun duduk. Karena capek karena baru sampai dari Jakarta pagi tadi, lalu juga belum cukup istirahat, aku sedikit terkantuk-kantuk. Duduk khidmat, muka tertunduk. Tenang sekali. Kira-kira lima belas menit berlalu, berlalu dengan sangat tenang. Dan ketika selesai dengan duduk khidmat nan tenang itu, aku buka mata; dan aku merasa segar sekali. Lalu aku akhiri waktu khidmat nan tenang selama lima belas menit tadi dengan berdoa tiga kali Salam Maria. Setidaknya, doa itu kupanjatkan untuk mengucap terima kasih atas anugerah ketenangan luar biasa yang baru saja aku terima.

Anak SMP tadi pun berdoa. Aku tidak tahu apa yang dia doakan. Beberapa hari kemudian, ia tuliskan di status fesbuknya seperti yang kukutip pada bagian awal tulisan ini. Apakah itu hasil dari doanya? Aku tidak tahu. Yang jelas, kata-kata itu inspiratif dan menyentuhku. Selama ini tidak jarang aku memanjatkan doa kepada Tuhan hanya karena aku memiliki masalah. Sangat jarang aku berdoa karena doa itu adalah kemudi yang menentukan arah.

Meskipun di depan Gua Maria Kerep itu sebagian besar waktuku adalah tenang akibat kecapekan dan ngantuk, kuharap doaku di situ tetap menjadi arah bagi batinku; ya doaku dapat mengarahkan batinku kepada Bunda Maria, yang kemudian membawa seluruh kerinduan hidupku kepada Puteranya, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku.

Zefanya, terima kasih atas kalimat inspiratif yang kamu berikan. Selamat belajar dengan rajin; selamat meneruskan perjuangan hidupmu, terutama melalui SMA yang kamu pilih dengan mantap di Muntilan. Tuhan memberkatimu.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here