1 Kor 1: 18-25: Yesus Kristus, Hikmat Kebijaksanaan Allah
PENGANTAR
Kita orang normal biasa menghindar dari derita karena membuat hidup kurang bisa dinikmati. Tetapi Tuhan Allah kita justru memilih derita sebagaimana yang dialami oleh Putera-Nya ialah Yesus Kristus yang menderita dan wafat demi keselamatan kita.
Empat langkah
Kita ingin mendalami kebenaran itu, mengikuti tradisi Yudhaisme kuno dengan empat langkahnya: pembacaan, renungan, penjabaran, dan doa dari hati.
- Pembacaan
Kita baca atau kita dengarkan pembacaan kutipan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,tetapi bagi kita yang diselamatkanj pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Karena ada tertulis:
“Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.”
Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percayaoleh kebodohan pemberitaan Injil.
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,tetapi untuk mereka yang dipanggil,baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemahdari Allah lebih kuat dari pada manusia. (1 Kor 1:18-25)
- Renungan
Kita cermati pesan dari Rasul Paulus ini, sedikit lebih teliti.
- Pemberitaan tentang Kristus yang disalibkan sebagai kriminal.
- Bagi orang-orang Yahudi, yang mengandalkan keperkasaan para hakim, seperti Simson, Gideon dan lebih banyak lagi raja Daud, adalah batu sandungan (ay 23).
- Bagi orang-orang Yunani, yang membanggakan kearifan para filsuf, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, adalah kebodohan (ay 23).
- tetapi, bagi kita yang terpanggil untuk keselamatan, adalah kekuatan dan hikmat/ kebijaksanaan Allah (ay 24).
- Menderita dan memikul salib bagi Kristus sebagai Mesias adalah suatu keharusan yang dikehendaki oleh Allah Bapa-Nya, ”Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Luk 24:26)
- Menderita dan memikul salib adalah syarat untuk menjadi pengikut Kristus, ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24).
3. Penjabaran
Dalam keheningan, kucermati tanggapanku terhadap kebenaran salib Kristus.
- Rahmat yang dianugerahkan Tuhan seringkali terselubung derita, misalnya kegagalan, penolakan dan kekecewaan. Tetapi kalau kuterima dengan sabar seringkali agak cepat berkat yang terselubung, dan karenanya membuat hati jadi damai bahkan bisa bersyukur.
Apakah aku pernah mengalami kegagalan, penolakan atau kekecewaan yang ternyata betul merupakaan berkat bagi hidupku?
- Apakah aku masih heran bahwa iman/Gereja Kristen/katolik, kurang dihargai dalam negeri kita, yang mengagungkan kekuasaan politik, kekuatan partai, keberhasilan ekonomi dan selebritas penampilan?
- Dalam perjalanan hidupku sampai saat ini, adakah derita yang pernah menyesakkan hatiku? Apa itu?
Paus Leo XIII pernah bersaksi:
”Hidup manusia hampir selalu ditandai derita demi kemajuan. Derita yang manusiawi itu kalau diterima dengan rela apalagi dipersatukan dengan kurban Kristus menjadi nilai rohani yang membesarkan hati.
- Perjuangan atau pengurbanan itu menyakitkan dan membawa kekecewaan kalau tanpa guna, sebaliknya membanggakan dan menggembirakan kalau demi pelaksanaan tugas, apalagi demi cinta kasih.
- Pernahkan aku mengalami demikian, dalam peristiwa apa?
4. Doa dari hati
Doa lima jari. Rangkaian doa pasrah diri bersama Yesus di Getsemani.
Ulangan: Tuhan Yesus, bantulah aku agar dalam suka duka hidup dapat pasrah diri seperti Engkau, kepada rencana dan penyelenggaraan Allah Bapa kita.
- Ibu Jari
Mulailah Yesus merasa sedih dan gentar, kata-Nya kepada para murid: ”Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.“ (Mat 26:38)
Apabila sedang aku merasa sedih dan takut, aku mau berdoa: (ulangan)
- Jari telunjuk
Dan Yesus berdoa kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Kaukehendaki.“ (Mat 26:39)
Apabila ada beban yang kurasa sangat berat menekan hatiku, aku mau berdoa: (ulangan)
- Jari tengah
Lalu Yesus berkata kepada Petrus: ”Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?“ (Mat 26:40)
Apabila aku merasa diabaikan oleh teman dekat, ketika sedang menghadapi kesulitan aku mau berdoa: (ulangan)
- Jari manis
Yudas mendekat dan mencium Yesus, katanya: ”Salam Rabi!“ Tetapi Yesus berkata: ”Hai teman, untuk itukah engkau datang!“ (Mat 26:50)
Apabila aku merasa dikhianati oleh teman baik, aku mau berdoa: (ulangan)
- Jari kelingking
Yesus berkata kepada Petrus: ”Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya!“ (Mat 26:52) Yesus tidak mau mengandalkan bantuan manusia.
Apabila aku mengalami keadaan kritis, aku mau berdoa: (Ulangan)