Puncta 06.09.22
Selasa Biasa XXIII
Lukas 6: 12-19
KITA bersyukur punya Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatakan, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Sebelum peristiwa besar kemerdekaan, para bapa bangsa ini berdoa dan mohon petunjuk bagi peristiwa penting bangsa yang ingin memerdekakan diri.
Mereka adalah orang-orang yang percaya pada Tuhan, bahwa kemerdekaan adalah anugerah Tuhan semata. Kemerdekaan adalah berkat rahmat Allah.
Pastilah ini semua bisa muncul karena iman para pendiri bangsa kita yang sangat kuat.
Sebelum membuat keputusan penting menyangkut nasib bangsa, mereka berdoa kepada Allah yang maha kuasa.
Dalam Injil hari ini, Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman, Ia berdoa kepada Allah.
Yesus mencari tempat khusus, sepi, jauh dari keramaian. Ia pergi ke bukit.
Doanya tidak cuma satu dua jam, tetapi semalam-malaman.
Beda dengan kita, pergi ziarah tetapi doanya hanya setengah jam. Yang banyak adalah pikniknya, acara shoping dan kulinernya.
Acara hura-hura lebih banyak daripada doanya. Padahal, ziarah itu artinya “Siji sing diarah.” (Hanya satu yang dituju).
Yesus pergi ke bukit. Kita malah pergi ke mall. Yesus berdoa. Kita suka-suka belanja.
Kita diingatkan oleh Yesus. Sebelum membuat keputusan-keputusan penting, hendaknya diawali dengan doa.
Yesus mau memilih murid-muridNya. Pemilihan murid adalah peristiwa penting.
Ia mengawalinya dengan pergi menyepi dan berdoa. Ia berdialog degan Allah Bapa-Nya.
Pilihan Yesus atas murid-muridNya sungguh tepat. Semua muridNya, kecuai Yudas Iskariot, adalah murid yang militan. Mereka semua menjadi martir dalam mengikuti Yesus.
Sebagaimana para pendiri bangsa ini juga menyakini bahwa kemerdekaan Indonesia terjadi karena berkat rahmat Allah, kita pun diajak melibatkan Allah dalam seluruh kehidupan kita.
Jangan lupa selalu mengawali seluruh aktivitas dan keputusan hidup kita dengan doa.
Saya sering menjumpai pada saat-saat ujian sekolah, banyak siswa pergi ikut misa harian. Itu sangat bagus.
Namun sayangnya, saat selesai ujian, sepi pula bangku-bangku di gereja. Setelah berhasil dalam ujian, kita lupa untuk pergi ke gereja mengucap syukur dan berdoa kepada Allah.
Semestinya kita tidak boleh lupa untuk selalu bersyukur dalam setiap sisi kehidupan kita. Berdoa sepanjang waktu, juga bersyukur tak kenal waktu.
Mau gudeg jangan lupa ke Yogya,
Kalau makan rawon ke Surabaya.
Doa adalah senjata untuk berjaga,
Jangan pernah lupa selalu berdoa.
Cawas, tetap waspada dalam doa….