Doa tanpa Iman, Seperti Macan Ompong

1
465 views
Iustrasi - Kalau berdoa, masuklah ke dalam kamar dan tutuplah pintu. (Ist)

Puncta 29.11.21
Senin Advent I
Matius 8: 5-11

PADA masa pandemi ini, banyak orang minta didoakan tanpa harus datang langsung di tempat orang yang sakit.

Umat dari Semarang minta didoakan melalui zoom. Sementara, saya tetap berada di Cawas.

Ada keluarga yang mengadakan novena dan minta didoakan setiap malam lewat aplikasi jitsi, tanpa harus berjumpa secara fisik.

Saya pernah memberi minyak suci dari luar ruangan pasien. Saya mendoakan dari luar karena penunggu dibatasi di dalam.

Keluarga yang menunggu mengoleskan minyak sucinya di dahi pasien. Pasien itu sembuh dan mengucap syukur, karena percaya kuat kuasa Tuhan.

Doa itu tidak dibatasi oleh ruang dan tempat. Dimana pun kita bisa berdoa memohon kepada Tuhan.

Yang penting adalah iman.

Doa harus disertai dengan iman. Tanpa iman, doa hanya kata-kata tanpa makna.

Iman itulah yang mendorong seorang perwira di Kapernaum datang kepada Yesus. Ia mohon agar Yesus menyembuhkan hambanya yang terbaring sakit.

Yesus langsung menyediakan diri untuk datang ke rumahnya.

Namun perwira itu berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Iman disertai sikap kerendahan hati, walaupun ia adalah seorang perwira yang perintahnya selalu ditaati bawahannya.

Di hadapan Yesus, ia merasa tidak pantas. Doa mesti disertai dengan sikap rendah hati.

Unsur yang lain dari doa adalah tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Perwira itu memohon bukan untuk dirinya, tetapi untuk hambanya yang sakit lumpuh dan sangat menderita.

Doa mempunyai nilai sosial.

Tidak hanya minta untuk kepentingan aku pribadi, tetapi demi keselamatan bersama.

Yang sering terjadi kita berdoa hanya untuk diri sendiri saja.

Yesus memuji iman perwira itu yang sungguh percaya, doanya dilakukan dengan rendah hati dan ditujukan bagi keselamatan sesamanya.

“Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai pada seorang pun di antara orang Israel.”

Yesus menyembuhkan hamba perwira itu tanpa datang langsung ke rumahnya.

Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri; bagaimanakah kita berdoa kepada Tuhan?

Apakah doaku disertai dengan iman yang dalam, penuh kerendahan hati dan tidak egois? Hanya untuk kepentingan diri sendiri?

Permohonan perwira itu sering kita ucapkan saat imam dalam ekaristi berkata, “Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang ke dalam perjamuan-Nya.”

Kita menirukan kata-kata perwira itu, “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya. Berkatalah saja maka saya akan sembuh.”

Jangan hanya menirukan atau mengulang-ulang kata-kata itu, tetapi doakanlah dengan penuh iman dan sikap rendah hati, niscaya Tuhan akan menyembuhkan kita.

Cincin melingkar di jari tangan,
Tanda cinta dan kesetiaan.
Tuhan berikanlah aku iman,
Agar sabda-Mu jadi kekuatan.

Cawas, tambahkan imanku…

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here