Doa untuk Orang Sakit dan Meninggal

0
378 views
Ilustrasi: Berdoa untuk bisa mengambil keputusan tepat benar. (Ist)

BAPERAN. BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 2 November 2021.

Tema: Ikatan suci nan abadi.

Bacaan
2 Mak 12: 43-46.
1 Kor 15: 20-24a, 25-28.
Yoh. 6: 37-40.

Ku mau hidup seribu tahun lagi. Itulah kerinduan hati manusia. Betul. Hidup yang di anugerah adalah sebuah kekudusan keindahan.

Betapa tidak.

Bertahun-tahun manusia mengalami, menikmati, mengusahakan kegembiraan hidup bersama yang lain.

Dalam ikatan kesatuan keluarga, dirakit kebahagiaan, sehidup-semati, tak terpisahkan.

Betapa Tuhan itu baik. Ia tahu persis kerinduan manusia ciptaan-Nya. Ia dirancang tidak hanya hidup selama 1.000 tahun. Ia tercipta dalam ke-abadi-an bersama Sang Penciptanya sendiri. Bdk Kej 3: 4.

Anti aging, diet, food combaining, dan aneka iklan hidup sehat dengan pelbagai suplemen hanya sebuah rekayasa.

Ia lupa, manusia itu mahluk tercipta, terbatas.

“Romo tolong doakan anak saya. Tolong Mo…tolong romo. Nes kritis tak berdaya…tak sadar…koma.

“Loh kenapa?”

“Tadi pagi tiba-tiba pingsan. Sekarang kritis Mo…Doakan Mo… Mo, doakan.”

Teringat wajah seorang SD. Saya mengenal betul keluarga ini. Saya pun tidak bisa menerima, kalau ada apa-apa. Saya sungguh mengenal dia.

Tergeletak tak berdaya, muka pucat. Tidak ada tanda-tanda kemajuan. Badan juga terasa dingin. Membuka mata saja tidak bisa. Tidak ada reaksi diajak bicara.

Semua terasa hampa. Kesedihan mengambil tempat dalam hati setiap yang datang.

Semua hanya melihat mesin jantung. Doa tak henti-hentinya diucapkan. Air mata berjatuhan.

Sang ibu tanpa henti-hentinya menangis, meronta.

“Sembuh nak…sembuh. Jangan tinggalkan mami. Mami sangat sayang padamu. Mami tidak bisa tanpamu. Temani mami nak. Jangan tinggalkan mami. Sembuh…sembuh. Ayo…nak jangan tinggalkan. Ayo bangun…sadar. Jangan tinggalkan mami. Mami ikut kamu aja.”

Rintihan…kepiluan hati…permohonan terus-menerus…menangis ngemis pada Tuhan mohon pertolongan…ketidak-iklasan…bahkan jeritan tangis disertai isakan dan sesak nafas mewarnai situasi.

Semua hopeless.

Saya masuk ke ruangan ICU. Kupandangi, kukecup keningnya. Berdoa dalam hati, kuusap-usap rambutnya.
Dekat di telinganya kunyanyikan sebuah lagu “Ave Maria” sambil kupegang telapak tangannya.

Kuingat betul doaku.

Nes, oma- opa, papa-mama, romo sayang sama kamu, nes. Kamu anak baik. Misdinar yang rajin. Nes melayani Tuhan.

Romo bangga. Sembuh ya adikku. Sembuh sayang. Nanti me

Misdinar lagi ya.

Doa dalam hati ya. Sebut nama Tuhan ya, nes. Panggil nama Yesus ya.

Kuusap-usap lagi rambutnya sambil tetap menyanyi dekat telinganya.

Aku merasa jarinya tengahnya begerak. Kelopak matanya kebuka dikit. Aku yakin ada harapan. Kupercaya Tuhan akan bertindak.

Keesokan hari tensi stabil. Denyut jantung lebih kuat.

Seorang dokter terbang kebetulan katolik berkata, “Kalau tensi stabil, mohon doa mo, saya butuh sekitar 5 jam ke stabilannya untuk sampai di Mount Elisabeth, Singapore. Semua sudah ready.

Sore itu, saat detik di mana dokter yakin, langsung masuk ambulance menuju bandara dan terbang dengan pesawat carteran.

Saya minta yang tinggal berdoa tak henti-hentinya selama 5 jam mulai sekarang. Semua menyanggupi.

Waktu penuh harap, saat penuh doa, detik-detik penuh permohonan, menjadi kelegaan ketika kabar disampaikan sudah di ICU, sudah diambil tindakan.

Tuhan menaruh belas kasih pada ness; seorang mesdinar, pelayan altar Tuhan, putri Bapa Sorgawi. Tuhan Yesus memulihkan.

Hari ini kita, berdoa pengenangan arwah semua orang beriman.

Apa kaitan dengan pengalaman di atas?

Doa yang penuh harapan dan kepercayaan akan kasih dan kerahiman Allah tidak akan pernah sia-sia.

Kematian datang tanpa duga, senyap. Bagi kita kematian bukan akhir dari hidup. Takdir kita adalah mengalami dan berbagi hidup dalam terang kebangkitan Kristus Tuhan.

Mendoakan mereka berarti sebuah tindak kasih terhadap mereka yang ditinggalkan sekaligus beriman pada Allah, kepada siapa kita akan pergi untuk berjumpa. Akibat dosa “dilenyapkan” dan percaya, banyak tempat di rumah Bapa.

Doa kita terutama untuk mereka yang berada di “Api Pencucian”.

Hadir dalam hadirat-Mu, ya Tuhan Yesus, itulah kerinduanku. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here