Dokter Itu Perpanjangan Kasih Tuhan: Bukan Profesi ‘Wah’ (2)

2
1,882 views

DI MATA saya, dokter bukanlah suatu pekerjaan atau profesi yang ‘wah’ seperti yang beredar di masyarakat. Profesi dokter sama saja seperti profesi lainnya dimana harus sekolah dulu untuk mengetahui teorinya, setelah itu barulah bisa kerja/praktik.

Hanya saja profesi dokter dituntut pertanggungjawaban yang tinggi: baik di hadapan Tuhan dengan mengucapkan Sumpah Hippokrates disaksikan oleh saksi yakni rohaniwa. Juga mempertanggungjawabkan pekerjaan ini di mata  hukum, karena pekerjaan ini berhubungan langsung dengan nyawa manusia.

Tentunya tidak semua pelajaran yang dulu didapat di bangku kuliah bisa diingat dengan baik. Saya memahami profesi menjadi seorang dokter ini sebagai long life learning. Oleh karena itu, saya meyakini perlunya selalu refreshing dan reminding atas teori-teori baru di bidang kedoteran melalui diskusi-diskusi ilmiah. Saya juga merasa, menjadi seorang dokter mesti juga harus selalu meng-update ilmu melalui pelatihan/kursus.

Semangat toleransi
Di lingkungan kerja, saya mengalami semangat toleransi yang besar. Dengan rekan-rekan sejawat para dokter, suasana kerja yang sangat kondusif ini membuat saya menikmati pekerjaan ini.  Saat libur panjang Lebaran, saya kebagian dinas/tugas jaga di RS. Sebaliknya, ketika Natal tiba teman-teman lain kebagian tugas jaga dan saya bisa pulang mudik ke Padang, kota kelahiran saya.

Karena di wilayah kerja saya ini tidak ada gereja, saya menyempatkan diri pulang ke Padang untuk mengikuti misa mingguan. Karena sering mendapat tugas jaga, maka tak jarang saya terpaksa ‘mbolos’ mengikuti misa mingguan, selain juga jarak tempuh yang cukup jauh yakni 2 jam perjalanan darat ke Padang.

Natal telah lewat dan saya merasakan sedikit ‘sepi’ ketika hari-hari Adven saya lalui jauh dari keluarga. Saya masih dinas jaga di RS sampai hari Sabtu tanggal 24 Desember.

Waktu masih sekolah di Padang, tentu suasana lain bisa saya nikmati dimana pernak-pernik Natal terasa hadir di rumah. Suasana kumpul-kumpul bersama anggota keluarga juga menyenangkan.

Tapi Natal bukan sekedar perayaan ‘hadir bersama’. Di tengah pekerjaan menangani pasien sakit pun, saya mencoba merasakan hikmak Natal secara lain: menghadirkan kesembuhan bagi mereka. Tentu ‘Sang Penyembuh” itu adalah Tuhan sendiri yang berkarya melalui tangan dan otak saya.

Pekerjaan saya sebagai dokter semata-mata hanyalah perpanjangan kasih Tuhan saja yang senantiasa menyentuh sembuh orang-orang sakit.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here