GEREJA Santo Yosef Stasi Lawe Desky merupakan gereja Katolik terbesar di Aceh. Dengan jumlah umat sebanyak 244 Kepala Keluarga.
Umat Gereja Santo Yosef Stasi Lawe Desky ini mayoritasnya adalah etnik Tapanuli, Karo, Simalungun. Gereja ini telah berdiri lama dengan damai di wilayah Aceh Tenggara yang memiliki Taman Nasional Gunung Leuser yang terkenal itu.
Tanah Alas adalah sebutan lain untuk Kabupaten Aceh Tenggara yang penduduknya mayoritas etnik Alas dengan tradisi dan kebudayaan Islam yang sangat kental lagi indah.
Disebut Tanah Alas (alas artinya tikar), karena wilayah ini didominasi lembah. Serta dikelilingi pegunungan yang membuat daerahnya terlihat bak tikar membentang.
Bangunan gereja ini juga merupakan Gereja Paroki Lawe Desky yang 15 gereja-gereja stasinya tersebar di wilayah Aceh Tenggara dan Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Dalam istilah umat disana, gereja paroki ini disebut juga sebagai Stasi Induk.
Sebelum belasan gerejanya di wilayah di Tanah Karo menjadi paroki tersendiri, dulunya Paroki Lawe Desky ini memiliki 30-an stasi dengan dilayani 2-3 imam.
Wilayahnya meliputi Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Selatan. Juga di Provinsi Sumatera Utara meliputi Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten Dairi.
Bisa dibayangkan bagaimana melayani dengan area yang begitu luas, dua provinsi empat kabupaten.
Saya mengenang perjalanan ke berbagai stasi itu luar biasa. Salah satunya stasi terjauh, Stasi Alur Subur di Aceh Selatan, yang didominasi umat dari etnik Pakpak.
Seharian mencapai stasi ini dengan jeep melintasi jalan mendaki tanpa aspal.
Berdiri sebagai stasi pada awal kemerdekaan, umat perdana di Gereja Stasi Lawe Desky mula-mula adalah 12 Kepala Keluarga di bawah pelayanan Pastor Elpedius van Duinjhoven OFMCap.
Untuk kebutuhan umat, Gereja Santo Yosef Stasi Lawe Desky pun dibangun pertama kali pada tahun 1952 silam.
Perkembangan umat selama 36 tahun membuat bangunan gereja permanen lalu didirikan pada tahun 1988 dengan panjang 35 m dan lebar 11 m.
Tsunami Aceh pada 24 Desember 2004 silam yang disertai gempa menimbulkan retak pada beberapa bagian gereja. Renovasi pertama pun akhirnya dilakukan secara terbatas pada 2005 pada masa Pastor Frans SidokSVD dan Pastor Charles SVD dengan dukungan dari berbagai pihak.
Sejak 15 tahun lalu, tak banyak lagi upaya renovasi, khususnya pada bagian yang tidak tersentuh pada renovasi tahap awal. Sementara kondisi yang ada saat ini, membutuhkan upaya pemeliharaan lebih lanjut dan renovasi pada beberapa bagian gereja. Khususnya pada bagian atap, plafon, panti imam, jendela, tembok dan penataan area luar gereja.
Kiranya jangan sampai terjadi ada plafon jatuh seperti yang menimpa saudara kita di sebuah gereja di wilayah Jakarta Barat pada awal tahun 2020 ini.
Butuh donasi
Mengingat kondisi gereja yang butuh perhatian, maka mari turut dalam aksi penggalangan dana. Sebuah upaya gotong royong untuk mendukung Renovasi Gereja Katolik di Aceh yang telah melahirkan beberapa imam, suster dan bruder ini.
Bagi para sahabat yang berkenan untuk gotong royong membantu upaya renovasi ini, dapat menyalurkan bantuan melalui rekening resmi:
- Bank Aceh No: 072-0224-00000-71 a.n Panitia Renovasi Gereja.
- Untuk transfer, kode Bank Aceh adalah 116.
- Harap cek nama akun sebelum transaksi.
- Bukti Transfer dapat dikirim melalui https://bit.ly/3hvaqV5.
Narahubung
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
- Pastor Paroki: Romo Tarsisius Son SSCC dengan klik WA https://bit.ly/2Qq4kcz.
- Ketua Panitia Renovasi Gereja: Bpk. Nikolous Ginting klik WA https://bit.ly/2YCyFsN.
Sebagai anak Paroki St. Yosef Lawe Desky yang pernah dididik bertumbuh di gereja bersejarah ini, kami ajak bapak dan ibu serta sahabat sekalian untuk turut berbagi kasih, berbagi kepedulian.
“Ku Pancur Batu ngadi belanja. Lanjut terus ku Lawe Desky. Berendu penampat renovasi gereja, mbera gajut pe isina rezeki.”
“Sititi sigompa, golang golang pangarahutna. Tung so sadia pe di transfer hamuna, ai godang do pinasuna.”
“Setahun makan lemper, sehari makan bakwan. Berapa pun yang anda transfer, diberkati kiranya dengan kesehatan.”
Horas! Mejuah-juah. Yahowu. Berkah Dalem.
Fiat Lux!
Thomas Sembiring & Tommy Aruan