“Kebiasaan mendongeng tradisional itu malah justru kini hidup di kalangan terpelajar. Mereka sudah memahami bahwa tradisi mendongeng itu dapat mengakrabkan hubungan orang tua dengan anaknya dan membekali pendidikan budi pekerti,” katanya saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk “Tradisi Mendongeng Di Abad 21” di Kampus Fakultas Sastra Universitas Udayana belum lama ini.
Menurut dia, justru di lingkungan masyarakat perdesaan, kebiasaan mendongeng nampak sudah sangat berkurang. Padahal jika dilihat dari kesibukan, orang-orang di perdesaan masih cukup punya waktu luang bagi anak-anaknya.
“Di tengah era globalisasi, orang merasa didesak oleh waktu sehingga semata-mata memikirkan kebutuhan hidup, menyebabkan mereka semakin berpikiran serba praktis dan dituntut untuk hidup yang sesempurnanya. Akibatnya, tidak waktu lagi untuk mendongeng untuk anak-anak mereka,” ucapnya yang juga Pengasuh Sanggar Kukuruyuk itu.
Oleh karena tradisi mendongeng mulai ditinggalkan, ia memandang kepercayaan diri remaja menjadi kurang sehingga gampang sekali terpengaruh hal-hal negatif, seperti terjerat narkoba, geng motor dan menempuh jalan pintas dengan cara-cara kekerasan.
Senada dengan Sri Wahyuni, dalam dongeng, kata Taro sesungguhnya mengandung makna kasih sayang, mencintai sesama, dan menghargai orang yang lebih tua. Dengan dongeng juga menjadi sarana komunikasi dua arah yang efektif antara orang tua dengan anak.
Pria yang sejak tahun 1979 membuka sanggar yang mengajarkan permainan tradisional sekaligus mendongeng itu mengatakan, di era kekinian membudayakan mendongeng sesungguhnya tidak butuh waktu lama.
Paling tidak para orang tua dapat meluangkan waktu lima menit sehari. Dengan demikian, hal itu akan menjadi bekal yang berharga bagi anak hingga dia remaja.
Namun ia menandaskan, tidak semua dongeng tradisional baik bagi pendidikan moral dan karakter anak-anak. Alangkah baiknya, para orang tua dapat mendongengkan kisah-kisah yang dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
“Harus diperhatikan dongeng yang cocok dengan usia anak-anak dan yang menyampaikan pesan memacu kemauan anak-anak untuk meraih harapan,” kata Taro yang telah menerbitkan lebih dari 30 buku dongeng dari kisah-kisah tradisional itu.
RELATED:
Dongeng Efektif Tanamkan Nilai Moral pada Anak Sejak Dini (1)