SEPERTI biasa, setiap pagi pukul 07.30 seluruh relawan yang terlibat di Pos Pelayanan Kemanusiaan Gereja St. Petrus Paroki Cianjur melakukan apel pagi. Dilakukan sebelum mereka masing-masing turun ke lokasi pelayanan.
Apresiasi dan terimakasih
Kemarin, Rabu 30-11-2022, Pak Iwan datang ke posko dan mewakili Deputi Bidang Penanggulangan Darurat BNPB: Mayjen TNI Fajar Setiawan SIP. Kepada tim, Pak Iwan menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Ia sampaikan hal itu kepada Pos Pelayanan Kemanusiaan Gereja St. Petrus Paroki Cianjur atas bantuannya dalam mendukung upaya penanggulangan darurat di Cianjur dan sekitarnya.
“Tetap semangat, jaga kesehatan. Saling mendukung dan melengkapi tiap bidang, saling bahu-membahu dengan pemerintah, saling berkoordinasi dengan posko di Pendopo Kabupaten Cianjur,” begitu pesan Pak Iwan.
Semua terlibat tanpa harus menonjolkan diri
Salah satu relawan yang terlibat di Pos Pelayanan Kemanusiaan Paroki St. Petrus Cianjur adalah seorang suster biarawati dari Tarekat Puteri Kasih (PK); berasal dari Kediri, Jawa Timur. Namanya Sr. Mayang PK dan mendapat tugas untuk mengurusi logistik dan layanan psikososial.
“Saya kagum dan bangga dengan umat Gereja St. Petrus Paroki Cianjur ini. Meski merupakan paroki kecil, tetapi semua umat menyediakan diri mau terlibat. Orang-orang muda, para ibu, imam, dan Dewan Pastoral; semua langsung sigap untuk ikut memberi pertolongan bagi warga masyarakat yang terdampak gempa,” ungkap Sr. Mayang PK.
“Meskipun mereka sendiri juga termasuk warga terdampak, tapi semuanya terlihat satu hati; ikut bersama-sama untuk saling membantu,” lanjutnya.
Gempa Lombok beberapa waktu lalu sungguh memberinya pengalaman berharga dalam melakukan respon kebencanaan. Saat itu, Sr. Mayang PK juga bertugas di bagian logistik. “Ini menjadi pelajaran berharga yang dapat diterapkan pada respon di Cianjur,” kata Sr. Mayang PK.
Ketika awal gempa terjadi di Lombok beberapa waktu yang lalu, Sr. Mayang datang bersama Sr. Angela PK. Mereka berdua langsung bergabung di Pos Pelayanan Kemanusiaan dan membantu di bagian logistik.
“Tampak belum tertata dengan baik. Lalu saya berinisiatif untuk menatanya sehingga memudahkan pencarian barang,” Sr. Mayang PK menjelaskan kisahnya di Lombok, NTB, pasca gempa.
Bukan kecepatan yang dibentuk, tetapi bagaimana ketepatan dan akurasi bantuan yang kita berikan sesuai dengan kebutuhan warga terdampak menjadi prinsip.
Demikian prinsip “kerja” Sr. Mayang PK dalam mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Ketika ditanya apa yang masih harus diperbaiki di Pos Pelayanan Kemanusiaan Gereja St. Petrus Paroki Cianjur ini, Sr. Mayang PK mengatakan, Tim Kajian sudah melakukan kajian. Maka, sebaiknya mereka sampai mendapatkan data terpilah, sembari tetap mendorong warga dapat berkolaborasi dan terlibat dalam mendistribusikan bantuan.
Selain itu, tambah dia, bagian logistik sebaiknya dibagi menjadi beberapa tim sehingga ada pergantian jam kerja.
Bangga dan berat berpisah
Sr. Mayang PK mengungkapkan hal ini.
“Ia merasa bangga. Karena tim di pos pelayanan ini -meski relawannya datang dari berbagai kelompok atau komunitas- namun tidak mengibarkan identitas kelompoknya. Mereka sama-sama mau bekerja dan bergerak bersama. Hal ini yang kadang membuat hati saya berat untuk pulang dan berpisah,” ungkap Sr. Mayang PK.
Senada dengan dia, Sr. Angela PK yang sudah cukup berpengalaman dalam melakukan tanggap darurat dan menjadi Koordinator Tanggap Bencana Tarekat Puteri Kasih menyampaikan perasaannya.
“Saya merasa kekeluargaan sangat kuat, meski Gereja kecil atau kelompok minoritas di sini, namun kiprah gerakannya sungguh dirasakan warga masyarakat.”
“Mulai dari WKRI, OMK, Pastor Paroki dan DPP semua bergerak,” tandasnya.
Perasaan penyemangat
Gereja selalu berupaya menyebarkan kasih melalui dari berbagai elemen; tanpa membawa “bendera” identitas kelompok masing-masing dan tetap pada “satu atap”.
Kita mencintai pewartaan Gereja sehingga satu bahasa saat gerak. Gereja mewartakan kasihnya satu untuk semua.
Rasa lelah tidak terasa saat berada di lokasi terdampak; terlebih melihat anak-anak yang terdampak tetap ceria di situasi saat ini.
“Tidak lelah hatinya mewartakan kasih kepada orang-orang yang menderita. Mereka menerima kita dengan baik. Caritas adalah milik Gereja dan selalu men-support hingga tuntas,” tuturnya.
Baca juga:
- Untuk Cianjur, Inilah Komitmen Kemanusiaan Alumni dan Mahasiswa Unika Atma Jaya
- Gempa Cianjur: Saling Kerjasama dalam Persaudaraan untuk Menolong Sesama