Kondisi bayi berusia dua tahun, Habibi Nurdin, yang menderita tumor ’orbita’ (mengakibatkan bola matanya terdorong keluar), masih sangat memprihatinkan dan terlentang lemas di salah satu ruang perawatan RSUD ’Arifin Ahmad’ Pekanbaru, Riau.
Keluarga sang bayi pun berkeluh kesah, karena hingga Jumat (23/12) ini, kendati sudah sekitar dua minggu di rumah sakit, kondisi tubuh Habibi makin kritis, karena pembengkakan di seputar matanya terus terjadi.
“Kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Kami di sini sudah lumayan lama, namun belum ada perubahan. Tetap saja dia menangis, dan pembengkakan di bola matanya juga malah makin besar,” ungkap Nurani, (23), ibu Habibi seperti dikutip Antara.
Habibi menderita penyakit tumor ganas, karena rongga ’orbita’ mendorong bola matanya keluar. Sang bayi pun hanya bisa menangis, dan keluarganya terus dilanda keprihatinan mendalam.
Pasalnya, setelah lebih dua minggu dirawat di ruang ’Merak’ Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ’Arifin Ahmad’ Pekanbaru, kondisi Habibi masih kritis, menyusul semakin besarnya pembengkakan di rongga ’orbita’ bayi malang tersebut.
Sementara itu, menurut keterangan keluarga, pihak rumah sakit sendiri, melalui dokter yang menanganinya, tidak bersedia melakukan operasi.
Sebab, menurut ibunda Habibie, tumor ganas ’orbita’ tersebut sudah menjalar ke jaringan syaraf si bayi.
“Kata dokternya, untuk dioperasi tidak mungkin. Karena sudah menjalar ke jaringan syarafnya. Sementara kami di sini sudah lebih dua minggu. Kalau memang tidak bisa dioperasi di sini, bagusnya kami dirujuk saja ke rumah sakit yang lebih besar khan,” ujarnya.
Namun Nurani dan suaminya Khairudin, (30), tersebut berusaha tetap tegar, apa pun yang akan terjadi dengan buah hati mereka.
Mereka terus memohon pertolongan Tuhan. “Kami harus berbuat apalagi. Semuanya sudah ketentuan dari Pencipta dan kita hanya bisa minta tolong kepada-Nya,” tutur Nurani.
Mereka juga bersyukur, karena ada dana dari donatur yang terus mengalir guna membantu penyembuhan Habibi.
Baik itu yang datang dari daerah tempat tinggal Habibi di Kabupaten Rokan Hilir, begitu juga dana bantuan para dermawan di Kota Pekanbaru.
“Kalau bantuan, alhamdulillah terus mengalir. Namun kami juga tidak nyaman, karena sampai kapan kami tetap menunggu di rumah sakit ini (bertindak). Kalau memang di sini tidak bisa operasi, bagusnya khan kami dirujuk ke rumah sakit lain,” katanya.
Nurani juga berharap agar secepatnya ada jalan keluar untuk penyembuhan buah hatinya ini, karena Habibi merupakan anak pertamanya.
Ia pun berharap, agar pihak dokter bisa secepatnya melakukan pengobatan terhadap Habibi, meskipun harus dirujuk ke Jakarta.
“Kami sangat sedih sekali setiap malam dia selalu menangis karena kesakitan. Mudah-mudahan secepatnya sembuh dan bisa bermain seperti anak-anak biasanya,” demikian Nurani berharap.