Duta Perdamaian

0
284 views
ILustrasi: Terjebak dan arus lalu lintas tak bisa bergerak berjam-jam berjam-jam di rute perjalanan Ketapang-Tanjung akhir Agustus 2022. (Romo A. Joko Purwanto Pr)

Puncta 18.10.23
Pesta St. Lukas, Penulis Injil
Lukas 10: 1-9

SAYA semakin menghayati motto tahbisan saya, “Inilah aku, utuslah aku,” saat menjalani penugasan di luar Jawa. Motto atau semboyan itu menjadi hidup dan nyata dalam penugasan di tempat “asing” yang serba baru.

Bukan hanya tempat, tetapi ada banyak hal baru yang harus dipelajari dan didalami. Situasi serba baru itulah yang justru menantang untuk dimasuki.

Budaya, adat istiadat, bahasa, medan pelayanan dan kebiasaan-kebiasaan semacam magnit yang menarik untuk dipelajari.

Ada banyak umat yang rindu mengenal dan akrab dengan Tuhan. Ada banyak wilayah atau daerah yang perlu diberi pewartaan Kabar Gembira. Sementara tenaga sangat terbatas menjadi tantangan lainnya.

Tugas mewartakan Kabar Sukacita Injil itu selalu baru dan tidak ada habis-habisnya. Kalau kita sungguh menghayatinya, setiap hari kita selalu diutus mewartakan Injil.

Pada akhir perayaan Ekaristi, kita selalu diutus oleh Tuhan lewat imam yang berkata, “Ite, misa est”. Kalimat itu berarti pengutusan, “Pergilah, kamu semua diutus.”

Diutus untuk apa? Diutus untuk membawa damai sejahtera. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, ‘Damai sejahtera bagi rumah ini.’

Itulah sabda Yesus. Hadirnya damai sejahtera menunjukkan bahwa Kerajaan Alah sudah dekat.

Jika kehadiran kita ini membawa damai di tengah keluarga, komunitas, lingkungan, wilayah, paroki atau di tengah masyarakat, maka kita juga menghadirkan Kerajaan Allah.

Apakah keberadaan kita sungguh membawa damai bagi orang lain?

Atau sebaliknya, keberadaan kita justru memecah belah, membawa suasana muram dan suram, bikin konflik antar anggota keluarga dan komunitas.

“Asal ada orang itu pasti pertemuan jadi tegang dan ribut.” Komentar seperti itu menjadi tanda kehadiran orang yang tidak membawa damai.

Hari ini Gereja memperingati Santo Lukas, penulis Injil. Menurut tradisi, Lukas adalah murid St. Paulus. Ia pernah mengikuti perjalanan Paulus.

Apa yang dia alami dan mengerti tentang Yesus, dituliskan menjadi Injil dan Kisah Para Rasul.

Tulisan-tulisannya membawa Kabar Sukacita kepada orang-orang yang membaca dan mengkutinya. Dengan tulisannya, Lukas mengabarkan tentang damai sejahtera Allah dalam diri Yesus, Sang Almasih.

Ia menghantarkan banyak orang menemukan Yesus sebagai Tuhan yang menjelma menjadi manusia dan membawa damai sejahtera kepada segala makhluk.

Marilah kita menyadari perutusan kita masing-masing untuk membawa damai bagi dunia kecil di sekitar kita. Marilah kita selalu berdoa, “Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.”

Ribut-ribut di kota Muntilan,
Tidak bisa menikmati tape ketan.
Bila terjadi silang perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan.

Cawas, diutus jadi duta damai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here