MEWARTAKAN Sabda Tuhan dalam bentuk tugas Lektor 1, Lektor 2 dan Pemazmur dalam Perayaan Ekaristi dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Utamanya, mereka yang mempunyai kehendak baik dan mampu mempersiapkan diri dengan ketekunan secara terlatih dan ajeg.
Pada siang hari Minggu 29 September 2025 lalu, pukul 10.00 WIB, Demako 1 menggelar Perayaan Ekaristi. Dengan label Misa Disabilitas di Gereja Santo Andreas Tidar Malang.
Bacaan I dari Kitab Bilangan dan Bacaan II dari Surat Rasul Yakobus dibaca oleh dua perempuan muda yang low vision. Mereka membaca Sabda Tuhan dalam huruf-huruf Braille yang telah disiapkan panitia. Suaranya bagus jelas, pemenggalan kata dan kalimat tepat, seperti yang dapat dibaca dan didengar oleh umat secara umum. Tidak ada kesalahan apa pun.
Demikian pula dengan Pemazmur juga dinyanyikan dengan sempurna oleh seorang perempuan muda yang kali ini tidak dapat membuka mata sama sekali.
Sempurna, karena bait ulangan dan empat ayat mazmur dengan kalimat yang berbeda, berbeda pula notasinya dapat dinyanyikan dengan baik dan tepat. Ia mengandalkan pendengarannya melalui suara organ yang dimainkan oleh seorang biarawati dari Tarekat Suster-suster ALMA.
Mereka bertiga memang mendapatkan bantuan dari seorang pemandu. Agar mampu beranjak dari tempat duduknya, berdiri dan kemudian berjalan sampai dengan mimbar sabda tempat mereka membacakan sabda Tuha. Baru kemudian merekqa menyanyikan mazmur; termasuk penempatan mic yang tepat pada bibir mereka.
Di bangku tempat duduk sebelah kanan ada dua kelompok anak-anak yang didampingi oleh para Suster ALMA.
- Satu kelompok koor dapat bernyanyi dengan menggunakan vokalnya sendiri, dapat mendengarkan sabda Tuhan dengan telinganya sendiri.
- Satu kelompok lain bernyanyi dengan menggunakan jari-jari dan kedua tangan sebagai bahasa isyarat yang dibantu dan dipandu oleh pembimbing mereka.
Demikian pula dalam mendengarkan sabda Tuhan termasuk dalam mendengarkan homili dari Imam selebran ekaristi Pastor Paroki Santo Andreas Tidar: Romo Robert Pius Manik O.Carm.
“Yesus mengingatkan Yohanes dan kita bahwa Yesus mengerti hati setiap orang. Meskipun cara kita masing-masing berbeda-beda tetapi Tuhan mengerti. Dengan kata lain, bagi Yesus tidak ada orang lain. Bagi Yesus setiap pribadi itu istimewa setiap orang itu bermartabat. Setiap orang itu terhormat,” demikian penggalan homili imam.
Bukan disabilitas, tapi difabel
Kemudian, disambung dengan cerita bahwa dia baru saja mengikuti Rapat Komisi Liturgi Regio Jawa. Di situ juga dibicarakan tentang Ekaristi Difabel.
Disampaikan demikian. “Bahwa tidak ada ekaristi disabilitas, dan tidak ada orang yang disabilitas. Orang disabel itu ternyata tidak ada, yang ada itu adalah difabilitas atau difabel. Disabilitas kesannya negatif. Karena ‘dis’ artinya tidak punya kemampuan.
Yang ada itu difabilitas atau difabel artinya diferent ability atau kemampuan yang berbeda. Tidak ada orang yang tidak punya kemampuan, karena Tuhan memberikan kemampuan kepada setiap pribadi tanpa terkecuali. Yang berbeda itu adalah kemampuan kita yang berbeda.
Semua sama istimewanya. Karena itu dalam Injil hari ini, kita diingatkan: Anda semua, kita semua, dikasihi Tuhan. Kita mempunyai kemampuan hanya saja berbeda satu sama lain.
Perbedaan kemampuan itu justru membuat Gereja indah. Dengan kata lain, anda membuat Gereja kita menjadi sangat indah. Karena itu, kita semua bersyukur karena kita dikasihi oleh Tuhan karena kita semua orang-orang yang istimewa,” demikian lanjutan homilinya.
Hadir juga sebagai konselebran dalam misa adalah Romo Adrianus Pristiono O.Carm dan Romo Ignasius Adam Suncoko Pr.
Setelah homili selesai, para romo bertiga juga memberikan Sakramen Perminyakan kepada umat yang membutuhkannya atau yang berkenan menerima. Baik umat datang ke depan seperti ketika menyambut komuni atau memberi isyarat kepada Romo sehingga romo mendatangi tempat duduk mereka.
Dalam suasana tetap hening diam.
Perayaan ekarsiti kali ini juga dihadiri umat penyandang difabel dari berbagai tempat sekitar Kota Malang; beserta para pengantar masing-masing. Namun kebanyakan dari anak-anak asuh para biarawati Tarekat Suster-suster ALMA.
Sangat mengharukan, ketika melihat dua orang yang berbeda kemampuannya saling menolong. Yang satu berada di atas kursi roda didorong oleh temannya yang tunarungu dan wicara.
Yopie, seorang tunarungu, diberi kesempatan menyampaikan kesannya mengikuti perayaan ekaristi kali ini. Ia bicara dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh seorang kakak pembimbing menyampaikan: “Senang dapat berdoa, aku mengerti, aku faham. Semua senang bisa berdoa”.
Keterlibatan orang muda katolik dalam kepanitiaan juga sangat menggembirakan; khususnya mereka yang menjadi pemandu bahasa isyarat dan pendamping gerak para difabel.
Setelah ekaristi selesai dan para imam selebran dan konselebran memasuki ruang sakristi, para umat dihibur oleh Betsi, seorang musisi perempuan remaja yang tidak bisa melihat, namun suaranya bagus dan indah. Ia menyanyikan dua lagu pujian dengan iringan gitar oleh guru pembimbingnya.