Jumat 19 April 2024.
Kis 9:1-20;
Mzm 117:1.2;
Yoh 6:52-59
ADA orang yang mengatakan bahwa, “Kita banyak keluar keringat jika makan dan bukan karena bekerja,”. Ini menunjukkan seolah olah makan adalah segala galanya bagi kita tetapi bekerja nomor dua atau dengan kata lain No action eat only.
Memang makanan itu sesuatu yang penting buat hidup manusia. Keadaan tanpa makanan membuat manusia kelaparan, lemah, ringkih, mudah sakit bahkan masuk dalam kematian. Karena kelaparan, orang bisa menjadi lupa akan ajaran Tuhan; mendorong orang untuk mencuri, untuk mengambil hak orang lain.
“Kalau hidupmu hanya untuk makan, tidak heran bila kamu terjebak pada kebiasaan tidak sehat,” kata seorang bapak kepada anaknya.
“Makan itu penting tetapi jangan makan terlalu banyak setiap harinya dan apa saja dimakan, hingga lupa untuk berbagi dengan orang lain yang juga membutuhkan makan untuk kelangsungan hidup mereka.
Kalau kita berpinsip makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan, urusan makan jadi simpel sekali buat kita. Yang penting, kita tetap bisa makan dalam porsi yang cukup serta makanannya tidak basi dan ada gizinya. Kita tidak perlu lagi neko-neko. Harus makan makanan yang mahal, dalam porsi besar, atau harus baru dimasak sehingga masih hangat. Makanan sederhana yang penting memenuhi kriteria menjadikan diri kita sehat, sudah cukup buat kita,” papar bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.”
Tuhan memberikan diri-Nya bagi santapan hidup bagi kita. Santapan yang akan menuntun kita sampai pada kedamain dan hidup dalam keselamatan kekal. Inilah mengapa Yesus memberikan Diri-Nya sebagai makanan. Di sinilah Yesus menguatkan kita, memberikan kekuatan baru. Yesus tidak menghendaki kita lemah, ringkih, bahkan jatuh dalam dosa.
Tuhan kita Yesus Kristus: tidak membiarkan kita berjuang sendiri dengan segala yang kita hadapi, persoalan hidup yang datang silih berganti. Tuhan Yesus memberikan Diri-Nya untuk kita. Dari Ekaristi itulah mengalir rahmat-rahmat yang kita butuhkan. Kita memperoleh makan yang sama yakni Tubuh Yesus Kristus sendiri.
Yesus berkata, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.
Menyantap tubuh Kristus dan minum darahNya, berarti bukan sekedar hanya “menerima komuni” di dalam misa tetapi mempersatukan kita dengan tubuh Kristus. Dan tubuh Kristus itu adalah nama lain dari Gereja (Kol 1,18). Jadi dengan menyantap tubuh Kristus dan minum darah-Nya, kita mewujudkan persekutuan satu sama lain di dalam Kristus.
Ekaristi mewujudkan Gereja.
Bagaimana dengan diriku? Apakah aku makan untuk hidup atau hidup untuk makan?