RASUL Paulus mengingatkan umat di Korintus untuk menyendengkan telinganya kepada Injil. Menurut Rasul Paulus, Injillah yang mengantar orang kepada kehidupan kekal. Dan untuk itu, bagi umat yang sudah mendengar, hendaknya berdiri teguh di atasnya.
Dari mana dia tahu akan hal ini? Dari pengalaman dia bergelut dengan sabda Allah. Orang yang bergelut dan hidup selaras dengan sabda Allah, akan paham bahwa hidup yang sejati adalah hidup bersama dengan Allah.
Pengalaman menemukan makna hidup bersama Injil, telah menuntun dan meyakini Paulus. Dia tidak lagi berbicara Injil dari sudut teori tetapi, dari fakta bersentuhan langsung dengan pengalaman pribadinya yang sangat konkrit saat bertemu dengan Yesus di jalan menuju Damsyik (bdk. Kis 9:3).
Pengalaman ini, telah menoreh bekas yang dalam bagi imannya. Dan di situ dia menemukan Yesuslah Jalan menuju Kehidupan dan di luar Dia, hanya sia-sia.
Paulus tidak mau menikmati makna Injil ini sendirian. Dia mau berbagi supaya umat di Korintus tidak berlarut dalam hidup yang sia-sia, yaitu hidup menurut apa kata dunia.
Hidup yang sesungguhnya adalah, hidup menurut apa kata Injil.
Apabila nasihat Paulus yang dialamatkan pada umat Korintus dan kemudian kita seret nasihat mulia ini dalam kehidupan kita hari ini, kita akan menemukan ada jurang antara yang diharapkan oleh Paulus dan yang diharapkan oleh dunia.
Saat ini, umat kita sedang dituntut oleh dunia untuk hidup secara kompetisi dalam merebut juara kesuksesan secara materi. Hampir semua energi dan waktu habis untuk merebut dan mengejar materi. Waktu dan energi untuk mengejar hidup yang sejati, sudah kalah karena setiba di rumah orang sudah lelah dan capek.
Dan bawaan orang lelah dan capek, pasti ingin segera istirahat. Dampaknya, banyak orang mengalami kekeringan hidup dan tak jarang frustasi dan stres mengalami peningkatan di tengah mereka yang hidup menurut apa kata dunia.
Renungan: “Bahagiaku terikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku.”
Kebahagiaan model apa yang aku kejar saat ini?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 3.5.2019