Luk 17:11-19
Dari banyak kisah pengalaman tokoh-tokoh di kitab suci mengatakan, “yang paling enak itu, hidup saat susah.”
Kog bisa? Tidak terbalik ini? Bukankah hidup berkelimpahan itu yang paling enak? Katanya, tidak. Mengapa hidup susah dibilang enak? Karena dengan hidup susah, orang tinggal enak meminta ini dan itu ke-Tuhan.
Dengan hidup susah, orang akan semakin dekat dan sopan santun dengan Tuhan. Selain itu, dengan hidup susah, ekspresi wajah dan suara orang akan berubah. Dari wajah garang berubah kewajah belas kasihan.
Dari warna suara yang semula tenor (tinggi) berubah kesuara alto (lembut). Namun, perlu diketahui di balik semua perubahan ini, ada tujuan politik hidup yang mau digolkan di situ yaitu, mendapat empati dari Tuhan”.
Sebaliknya, “hidup yang membuat orang tidak enak adalah saat orang memperoleh kemurahan dan rezeki yang berkelimpahan dari Tuhan.
Mengapa demikian? Karena saat orang memperoleh kemurahan dan hidup dipenuhi rezeki yang berkelimpahan, orang mudah tergoda untuk lupa dengan Tuhan.
Saat hidup tidak enak, makanan mudah di buang sana-sini. Orang tidak lagi betah masak di dapur sebab, restoran cepat saji tersedia di mana-mana, toh tinggal pesan dan bayar saja. Belanja pun jor-joran.
Hidup terasa mewah dan wah. Orang dengan mudah membuang uang lewat judi ini dan itu. Yang paling tidak enak saat itu, orang jadi lupa diri dan kehilangan rasa syukur.
Bisa dibayangkan sendiri ekspresi wajah dan warna suara orang saat itu, seperti apa? Katanya, nasihat dan wejangan saat itu, tidak berlaku.
Kebiasaan pola hidup manusia seperti ini, tidak hanya kita temukan di dunia kita sini.
Kenyataan seperti itu, muncul juga di dalam kisah penyembuhan kesepuluh orang kusta lewat bacaan Injil hari.
Dari kesepuluh orang yang sudah di sembuhkan ini, cuma satu orang yang datang kembali bertemu dengan Yesus untuk bersyukur dan berterima kasih.
Yang kesembilan orang, pergi entah kemana?
Setelah sembuh, mereka menjadi manusia amnesia dengan kemurahan dan kebaikan Tuhan. Memang hujan kemurahan dan kelimpahan berkat bisa meninabobokan orang.
Renungan: Aku ini, menjadi bagian dari yang mana? Yang enak atau yang nggak enak, Yang kesembilan orang atau yang satu orang?
Tuhan memberkati.