Luk 14:25-33
Salah satu syarat terberat untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus adalah “menjadi murid yang lepas bebas”.
Tak kala ketika sisa-sisa binatang yang tertinggal nyaman di bahtera Nuh, mereka merasa enggan keluar bahtera. Mengapa? Karena yang terekam di dalam ingatan mereka, di luar bahtera Nuh tidak ada tanda-tanda kehidupan. Di luar bahtera hanya ada air bah (bdk. 8:1-19).
Namun, apakah dengan sikap enggan keluar dari bahtera Nuh yang bersifat sementara itu, bisa menjamin keberlangsungan hidup mereka selanjutnya? Tidak.
Setelah air bah surut, Nuh tetap melepaskan mereka untuk berziarah kebahtera milik Allah yang lebih permanen. Nuh mengajari sikap lepas bebas kepada binatang-binatang ini. Mereka tidak boleh terikat kebahtera dan ke Nuh yang memiliki batas waktu dalam kehidupan.
Demikian halnya dengan seorang murid Tuhan. Dia mesti mempunyai sikap seperti burung merpati yang terbang bebas. Dia terbang bebas meninggalkan “bahtera dunia”.
Dan dalam Injil hari ini, sikap lepas bebas ini, diserukan oleh Tuhan Yesus sebagai persyaratan bagi para murid untuk mengikuti jejak-Nya.
Mungkinkah sikap lepas bebas model Tuhan Yesus ini, bisa tumbuh di di zaman ini? Mungkin untuk segelentir orang bisa menghidupi sikap ini.
Namun, untuk sebagian orang yang melihat “bahtera dunia” sebagai hal yang di kejar, persyaratan ini hanyalah sebuah ide yang konyol.
Sekalipun petuah dari langit berkata, “Pada hari kemurkaan harta di dalam bahtera dunia tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut” (bdk. Ams 11:4) dan “Barangsiapa gila emas tidak terlepas dari dosa, dan orang yang memburu-buru uang akan tersesat karenanya” (Sir 31:5). Dia yang bilang harta tidak berguna ini, masih kita kejar karena mempunyai nilai guna bagi “bahtera dunia”.
Hari gini, mana ada orang mau disebut gamble? Cinta pada harta dunia tetap akan menjadi bahan polemik bagi ajakkan Tuhan Yesus.
Renungan: Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Rom 7:24).
Tuhan memberkati
Apau Kayan, 611.2019