“DAN sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu” (Kis 4:29).
Menjadi murid Yesus tidak berarti bebas dari masalah hidup. Bahkan sebelum mengalami penderitaan salib, Yesus sendiri sudah memberikan informasi kepada murid-murid-Nya, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:22).
Pengalaman diintai, dikejar, disesah, diburu dipersalahkan dan ditimpakan masalah merupakan pengalaman yang dialami oleh Tuhan Yesus sebelumnya. Dan selanjutnya pengalaman yang sama ini, akan menjadi pengalaman hidup yang dihadapi oleh para murid.
Sebelumnya, Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23).
Dalam bacaan harian pertama hari ini, sudah diperlihatkan hal itu oleh para murid Tuhan Yesus. Hidup para murid berada dalam ancaman.
Sebagai manusia, tentu mereka merasa cemas dan takut. Namun, dalam suasana hidup mereka yang terancam, doa tidak hanya menjadi pilihan satu-satunya tetapi, dijadikan sebagai solusi. Di sana mereka memohon kepada Tuhan supaya diberi Roh Keberanian.
Dan ajaib, doa mereka terkabul. Roh Kudus menggempakan tempat mereka berkumpul dan di situ mereka semua dipenuhi oleh Roh Kudus dan jadilah mereka seperti manusia “setengah super”.
Berkat kepenuhan Roh Kudus itu, mereka menjadi hidup tanpa mengenal rasa takut. Mereka tidak takut kehilangan nyawa atau siap menjadi martir dalam memberitakan Firman Allah. Sabda pemungkas Tuhan Yesus soal kehilangan nyawa demi Injil, benar-benar menyatu dengan hidup mereka (bdk. Luk 9:24).
Mereka tidak sekedar menjadi pahlawan Kristus yang hanya sebatas ucapan, tetapi nyawa mereka siap senasib dengan hidup guru-Nya yaitu, menjadi martir kebenaran.
Keberanian yang dimiliki oleh para murid Yesus di zaman itu, bisa menjadi intruksi bagi kita sebagai pengikut Kristus di zaman ini. Dalam banyak fakta, tatkala di setiap tugas pengutusan kita sering kali meninabobokan Roh Kudus di dalam diri dan di setiap tempat tinggal.
Dampaknya, tidak banyak hasil karya Roh Kudus yang muncul kepublik. Orang tidak melangkah keluar memberitakan Injil, karena mereka memakai senjata ketakutan tidak didukung oleh fasilitas ini dan itu dan ini dijadikan sebagai alasan kelemahan, padahal faktanya adalah faktornya orang mencari titik aman.
Benar apa yang dikatakan oleh Yesus Putra Bin Sirakh, “Jangan berani dengan lidahmu, sedangkan malas dan segan dalam perbuatanmu” (Sir 4:29).
Namun, murid Tuhan yang berani tidak asal jadi “bonek” (bondo nekat) tetapi mesti cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (bdk. Mat 10: 16-17).
Renungan: Apakah Roh Kudus yang aku terima, bisa memberdayakan hidupku untuk mengembangkan Injil Allah?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 29.4.2019