BAGI Tuhan Yesus, ruang pewartaan Injil tidak terbatas di kelas kitab suci dan kursus kitab suci di darat. Bagi Dia, di lautpun bisa dijadikan tempat untuk mewartakan Injil. Dan di era kita saat ini, Injil bisa mengudara di “sosmed” dan di wartakan di pesawat.
Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mewartakan Injil di atas perahu Simon. Injil-Nya dibawa ke tengah kehidupan para nelayan dan di sana nelayanlah yang menjadi target dari pewartaan-Nya.
Apa alasan Dia mendekati para nelayan dan memilih mereka menjadi murid-murid-Nya? Bukankah di darat ada penjaga toko dan pengusaha lainnya yang lebih moncer membaca taktik dan spekulasi dalam soal marketing?
Atau bukankah di darat banyak akademisi dan misiolog yang mumpuni? Mengapa “manusia laut” ini, yang sreg di hati-Nya dan lebih cenderung memilih mereka untuk menjadi “penjala manusia”? Ada apa dengan mereka?
Apakah hal itu, ada kaitannya dengan situasi geografis, sehingga Dia butuh nahkoda yang pakar dalam membaca kompas dan ahli dalam hal berlayar dari satu pulau ke pulau yang lain? Entahlah…..
Paling yang bisa kita pahami dari cara Dia mengamati dan menilai orang adalah Dia butuh orang yang bisa diajak kerja sama. Dia tidak butuh akademisi nanti terlalu banyak berpikir dan berkata-kata dan malah nggak bisa kerja. Dia tidak butuh politisi, nanti malah murid-Nya sibuk merebut kursi kekuasaan dan sibuk mengurus tender proyek dan nasib orang kecil tidak dia urus.
Dan Dia butuh nelayan yang hidupnya lebih mendekati kesederhanaan dalam hal hidup dan berpikir, karena alasan lebih mudah dididik, disuruh dan diatur. Selain itu, keteladanan dalam hal kesederhanan-Nya sendiri menjadi dasar bagi Dia dalam memilih mereka yang hidupnya lebih berorientasi kepada kesederhanaan.
Itulah sebabnya para bijak berkata, “Tuhan itu lebih dekat kepada orang yang sederhana” (bdk. Mzm 116:6). Dan Rasul Paulus sendiri mengajak kita untuk hidup seperti itu (bdk. Rom 12:16).
Mukjizat berupa rezeki dan berkat dari Tuhan, seringkali jatuh ke atas orang-orang yang hatinya sederhana. Dan inilah yang dialami oleh para murid dalam bacaan Injil hari ini. Mereka memperoleh banyak ikan di luar perhitungan waktu para nelayan.
Sikap ketaatan mereka pada perintah Yesus sebagai simbol dari kesederhanaan, menjadi alasan di belakang mukjizat itu. Dan sikap ini pulalah yang menjadikan mereka menjadi “penjala manusia”.
Pertemuan yang disponsori oleh sikap itu, kelak mengubah hidup para murid dari yang duniawi menjadi surgawi. Peristiwa itu, memperkenalkan mereka kepada hidup rohani.
Renungan: Apakah ada tanda-tanda kesederhanaan sikap dalam hidupku?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 5.092019