Sir 48:1-4, 9-11
“Lalu tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar. Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka dijadikannya sedikit berkat semangatnya. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali” (Sir 48:1-3).
Elia tampil seperti “api Allah” di tengah umat Israel.
Dengan “api”, dia akan membakar semua kebusukkan hati, pikiran dan perilaku hidup dari umat Israel. Apa saja yang perlu di bakar dalam diriku?
Kita butuh ‘api’ yang sama juga untuk membakar diri sendiri, sehingga kita mempunyai kualitas dalam membangun hidup spiritual.
Perkataannya laksana obor yang membakar, namun bisa juga sebagai cahaya terang bagi mereka yang rendah hati untuk mengoreksi sekaligus menyucikan diri.
Memang, Cahaya Illahi hanya bisa dialami oleh jiwa yang bersih. Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8).
Di masa Adven ini, Allah akan melakukan seleksi atas cara dan sikap hidup kita.
“Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel (Yes 5:24).
Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang!” (Yes 47:14).
Senada juga dengan apa yang akan di lakukan oleh Tuhan Yesus kepada kita, “Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Mat 3:12).
Yang Dia simpan “dilumbung” cuma yang berisi seperti gandum.
Renungan: Dalam seleksi Allah nanti aku akan menjadi bagian dari gandum yang disimpan dalam lumbung atau menjadi debu jerami yang dibakar?
Tuhan memberkati.