PASCA Reformasi 1998, negara ini mengalami banyak tsunami politik. Lihat, fenomena yang terjadi hari-hari ini, semuanya tidak bisa terlepas dari isu politik.
Semua anggota parpol saling bertengkar merebut kekuasaan melalui jalur politik. Tak terkecuali ormas dan semacamnya, ikut terseret dan tergoda oleh aroma politik.
Bahkan ulama-ulama berjubah agamis yang awalnya mengurus hal-hal rohani, kini terangsang ikut “bersetubuh” dengan politik kekuasaan.
Katanya, “kekuasaan bagaikan bidadari cantik yang memiliki kemolekkan tubuh yang aduhai dan memiliki aroma khas yang membuat orang penasaran akan tampilannya, juga lekukan tubuhnya yang lemah gemulai bisa menggoda orang untuk “memperistrikannya”.
Analogi ini, mengingatkan kita pada kisah klasik Hawa yang tidak bisa menahan diri untuk menyantap “buah moral”.
Adalah ular sebagai aktor tampan menggoda Hawa supaya dia melanggar perintah Allah dan segera memakan buah itu.
Sebab katanya, kalau Hawa makan, mereka bisa seperti Allah, tahu yang baik dan buruk.
Sama seperti Allah? Enak….tidak ada lagi istilah bawahan, anak buah dan murid. Toh semua, menjadi orang besar seperti Allah.
Namun, apa yang terjadi ketika mereka memakannya? Mereka tidak mendapat kedudukan untuk menjadi penguasa seperti Allah, tetapi keduanya “mati”.
Mereka di usir dari sana dan menjadi pengungsi serta menjadi kuli seumur hidup (bdk. Kej 3:1-24).
Di Injil hari ini, menceriterakan bahwa para murid Yesus bertengkar berebut power di antara mereka. Rupanya, di bagian dalam isi hati dan motivasi mereka mengikuti Yesus sangat berkaitan dengan jabatan dan kekuasaan duniawi.
Mereka digoda dan tergoda untuk menjadi “tuhan” di antar mereka. Bila semuanya ingin menjadi orang besar, siapa yang akan menjadi orang kecil?
Semua mau memerintah dan tidak ada yang mau diperintah. Semua mau menjadi bos dan tidak ada yang mau menjadi anak buah.
Maunya menjadi “tuan” dan alergi menjadi bawahan. Dan lagi-lagi, ini menandakan di dalam kodrat manusiawi mereka ada keinginan menjadi penguasa untuk menguasai orang lain.
Dan Yesus mendiagnosa keinginan mereka ini. Dia melihat ada bahaya terjadi pengobyekkan manusia di antara mereka. Dan untuk meredam ambisi itu, Yesus memberikan sebuah solusi bagi mereka yang ingin menjadi penguasa yaitu, “menjadi “orang kecil” yang bermental dan berjiwa hamba”.
Menurut Yesus, orang yang bermental dan berjiwa seperti itu, baru di sebut orang besar atau penguasa.
Renungan: Mau Nggak seperti itu?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 28.09.19